Skip to main content

Tidak Tahu

Tetapi aku tidak tahu ternyata usia 38 itu terasanya seperti ini. Juga aku tidak tahu ternyata beginilah kehidupan sehari-hari sebagai pengajar, penulis, dan pengkaji filsafat. Begitupun bayanganku tentang mereka yang menginjak fase lansia. Mereka tidak tahu bahwa usia 70 itu rasanya seperti itu. Begitupun bayanganku tentang para koruptor saat tertangkap. Mereka tidak tahu bahwa menjadi koruptor yang tertangkap itu rasanya seperti itu. Kita lebih banyak tidak tahu tentang segala sesuatu, tidak tahu sampai benar-benar merasakannya. Berada di dalamnya .  Bayanganku tentang masa tua adalah selalu ketakutan. Kecemasan karena kian dekat dengan kematian. Namun aku tidak tahu. Mungkin mereka malah bahagia. Buktinya banyak diantara mereka yang semakin bersemangat, kian giat berkarya, atau menjalani hari-hari yang santai tanpa ambisi selayaknya di masa muda. Aku tidak tahu rasanya menjadi mereka. Mereka sendirilah yang tahu rasanya bagaimana menjadi tua. Karena mereka ada di dalamnya .  Tetapi

Surat Cinta dari Korea (3)

Apa yang aku ceritakan sekarang ini sesungguhnya hanya akan tentang makan dan makan. Kemarin, pagi, siang, malam, kami disuguhi makanan istimewa. Hanya manusia yang bisa memberikan penilaian bahwa suatu makanan disebut istimewa atau tidak, Sayang. Binatang tak punya itu. Bagi mereka, selama makanan sanggup menghilangkan rasa lapar, maka itu sudah cukup.

Sarapan kami istimewa, karena berada di sebuah restoran di lobi hotel dimana makanan terhidang di buffet secara bebas merdeka. Maksudnya, ragamnya berjenis-jenis dan kami boleh ambil seenaknya. Ada kentang, sosis, omlet, roti, buah, susu, jus, dan juga salad. Tentunya cerita ini semacam flashback. Setelah sarapan raja tersebut, kami berangkat ke galeri Hangaram dan memulai kegiatan “Sangkuriang membuat perahu” seperti yang kuceritakan sebelum ini.

Pasca display kebut selesai, kami dijamu makan siang di gedung seberang. Restoran itu aku tak tahu apa namanya, karena bertulisan bahasa Korea yang bagiku hanya terlihat seperti rangkaian garis dan bulatan-bulatan semata. Makanan yang tersaji pun aku tak tahu apa namanya. Jika aku tanyakan pada mereka, mereka akan menjawab dengan ucapan yang tidak sanggup aku pahami dan juga kutulisi di sini. Satu yang menarik adalah nasi kehitaman yang tersaji dalam mangkuk logam ditutupi tutup kayu. Sekilas, nasi itu tak istimewa. Tapi, kata panitia yang mendampingi kami, nasi ini bisa diairi oleh air panas dari teko sehingga nasi itu menjadi bubur. Lihat, Sayang, ketika peribahasa nasi telah menjadi bubur dianggap sebagai ungkapan penuh penyesalan oleh kita, ternyata orang Korea sana dengan sengaja membuburkan nasinya!


Ada satu hal yang menarik, bahwa negara Korea yang sedemikian indah dan barangkali mendekati sempurna dari segi tata kota, ketertiban, kebersihan dan juga keamanan (setidaknya demikian yang aku rasakan sementara ini), panitia pendamping kami itu masih juga mengungkap protes pada pemerintah. Katanya, pemerintah terus saja membangun gedung tinggi-tinggi sementara lingkungan alam tergerus lalu mati. Kami dan kamu mungkin berpikiran sama, tentang dirinya, “Ah, kamu jadi orang cuma kurang bersyukur."

Panitia pendamping yang kurang rasa syukur itu membagikan selebaran kampanye anti pemerintah

Malam hari kami disambut lagi-lagi oleh makanan. Dalam acara welcoming party itu, makanan yang terhidang lagi-lagi mewah gemerlap. Aku kenyang, tapi penasaran, karena banyak makanan yang belum aku kenal. Di meja bundar tempat aku dan kakakku duduk itu juga, terdapat beberapa orang dari delegasi Vietnam dan Singapura yang menawari kami bir. Kami yang menghormati dan juga menikmati masa muda, menerima tawaran itu dengan tangan terbuka.

Oh iya, sore itu juga adalah peresmian dibukanya acara 26th Asian International Art Exhibition (nama resmi acara yang kami ikuti). Dengan pidato yang tak kupahami dan performa pembuka dari kelompok perkusi yang tidak istimewa, pameran resmi dibuka untuk disaksikan siapa saja. Sebelum itu juga, para seniman dipersilahkan melukiskan cat air pada produk tas Samsonite yang menjadi salah satu sponsor acara ini.


Pak Deden Hendar Durahman melukisi tas Samsonite

Demikian, Sayang, betapa makanan sanggup mengubah wajah kehidupan. Bahwa perut manusia adalah yang utama dipuaskan demi terwujudnya perdamaian dunia. Perang, kerusuhan, atau kejahatan disebabkan oleh sekelompok manusia yang merasa lapar. Atau, mereka sudah kenyang, tapi belum cukup gemuk untuk berhenti.

Ketika aku mengirim surat ini, aku sedang jatuh cinta kepadamu untuk yang pertama kali, perasaan yang sama seperti kemarin, kemarin, kemarinnya lagi, kemarin, dan juga besok, besok, besok, besok dan besok.

Comments

  1. Dalam keadaan kekenyangan berkat kolaborasi ikan pesmol dan sayur lodeh ini, aku masih jatuh cinta padamu. Lagi, lagi, lagi dan lagi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Live Instagram Dua Belas Jam

  Hari Minggu, 24 Juli kemarin, saya live Instagram hampir dua belas jam. Untuk apa? Pertama, mengumpulkan donasi untuk Kelas Isolasi yang kelihatannya tidak bisa lagi menggunakan cara-cara yang biasa-biasa (karena hasilnya selalu kurang memadai). Kedua, iseng saja: ingin tahu, selama ini saya belajar dan mengajar filsafat itu sudah “sampai mana” jika diukur dengan menggunakan jam. Putusan untuk mengudara dua belas jam tersebut tidak melalui persiapan matang, melainkan muncul begitu saja dari dua hari sebelumnya. Oh iya, materi yang saya bawakan adalah berkenaan dengan sejarah filsafat Barat. Keputusan tersebut membuat saya agak menyesal karena mesti menghabiskan hari Jumat dan Sabtu untuk baca-baca secara intens. Seperti yang sudah saya duga, belajar filsafat memang aneh: semakin dibaca, semakin menganga lubang-lubangnya. Awalnya, saya berniat untuk khusus membaca bagian Abad Pertengahan saja karena merasa pengetahuan saya paling lemah di bagian itu. Setelah lumayan membaca tipis-tip

Metafisika

Entah benar atau tidak, tapi boleh kita percaya agar pembahasan ini menjadi menyenangkan: Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak sengaja. Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yang di luar kenyataan seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada (being qua being) setelah buku bertitel 'Fisika'. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai 'Metafisika'. 'Metafisika' berarti sesudah 'Fisika', yang memang secara harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku 'Fisika' di rak Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Agak sulit untuk menjelaskan secara presisi tentang apa itu metafisika (tentu saja metafisika dalam arti istilah yang berkembang melampaui rak buku Aristoteles), maka itu alangkah baiknya kita simak beberapa contoh upaya untuk me

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1