(Ini adalah teks Filtum [Filsafat Tujuh Menit] yang dibacakan pada live IG Kelas Isolasi, 12 Maret 2024) Ya, kita tahu siapa yang pasti menang pada pilpres tahun ini. Orang yang dalam kampanyenya mengandalkan suatu gerakan tari yang dilabeli sebagai joged gemoy. Meskipun cerita tentang ini sudah beredar luas, saya harus ulas sedikit tentang darimana asal usul joged gemoy ini berdasarkan pengakuan Prabowo sendiri dalam podcast Deddy Corbuzier. Menurut Prabowo, gaya joged tersebut terinspirasi dari joged spontan yang dilakukan kakeknya, Pak Margono. Usut punya usut, ternyata gaya tersebut masih ada kaitannya dengan kisah pewayangan, "Kakek saya orang Jawa dari Banyumas, zaman itu belum ada televisi, jadi hiburannya wayang," kata Prabowo mulai bercerita. Dalam sebuah cerita wayang (yang diperagakan wayang orang itu), sang kakek merasa senang dengan sosok tokoh Pandawa dan Kurawa di mana gerakannya seperti orang yang sedang melakukan pencak silat. "Pandawa dan Kurawa, p
30 Ramadhan 1433 H
Rekomendasi: Bintang Lima
Battleship Potemkin adalah film bisu yang disutradarai oleh Sergei Eisenstein. Sutradara asal Uni Soviet itu membuat Battleship Potemkin, selain memang dalam rangka propaganda revolusi, tapi juga untuk memperlihatkan bagaimana teknik montage atau editing, dapat memberikan suatu respon emosional bagi penontonnya. Banyak adegan dari karya berdurasi sekitar tujuh puluh menit ini diadopsi oleh beberapa film ternama seperti The Untouchables (disutradarai Brian de Palma) dan Brazil (Terry Gilliam).
Battleship Potemkin berkisah tentang pemberontakan para awak kapal perang Potemkin yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap makanan di kapal yang sudah busuk. Warga Odessa yang simpati terhadap pemberontakan ini, kemudian dibantai oleh tentara Tsar di adegan "tangga Odessa" yang fenomenal. Cerita ini dibagi dalam lima bagian: Men and Maggots, Drama on The Deck, A Dead Man Calls for Justice, The Odessa Staircase, dan The Rendezvous with The Squadron.
Battleship Potemkin menunjukkan suatu kekuatan orisinil yang bisa diproduksi oleh film: Bahwa kekuatannya bukan dari musik, bukan dari aktor, dan bukan dari skenario (karena tiga hal ini adalah sumbangsih dari seni non-film), melainkan dari teknik editing serta pengadegan yang sering diistilahkan dengan mise en scene. Para sutradara mesti terlebih dahulu melampaui dua teknik terakhir ini sebelum mereka memberi sentuhan tambahan yang diperolehnya dari "sumber eksternal". Selain itu, secara jujur Battleship Potemkin juga diakui sebagai suatu bentuk propaganda. Hal yang agaknya mengukuhkan pendapat mereka yang percaya bahwa seni haruslah punya fungsi persuasi -jika kata propaganda terlalu keras-. Art for art's sake dianggap kredo yang terlalu idealis dan tidak punya guna apa-apa bagi masyarakat. Battleship Potemkin adalah film yang terlampau penting untuk dilewatkan. Ini adalah harta tak ternilai dalam sejarah sinema.
Rekomendasi: Bintang Lima
Comments
Post a Comment