Di akhir abad ke-19, diawali dari usaha pemisahan psikologi dari filsafat, muncul istilah Psychologismus-Streit atau "perselisihan psikologisme". Apa itu psikologisme? Psikologisme adalah pandangan bahwa segala konsep/ gagasan dalam filsafat (batasan pengetahuan, sistem logika, dan lain-lain) dapat ditarik penjelasannya pada pengalaman mental atau proses psikologis (Vrahimis, 2013: 9). Posisi psikologi yang kian mantap dengan penelitian empiriknya membuat filsafat mesti mendefinisikan kembali tugas dan posisinya: jika segala problem filsafat bisa direduksi pada aspek mental, masih adakah sesuatu yang disebut sebagai filsafat "murni"? Menariknya, perselisihan ini tidak hanya di ranah perdebatan intelektual, tapi juga terbawa-bawa hingga ke ranah politik. Pada tahun 1913, 107 filsuf, beberapa diantaranya adalah Edmund Husserl, Paul Natorp, Heinrich Rickert, Wilhelm Windelband, Alois Riehl, dan Rudolf Eucken menandatangani petisi yang menuntut menteri kebudayaan Jer
4 Ramadhan 1434 H
Sebagai bukan penggemar klub sepakbola Manchester United, saya memutuskan untuk menonton film ini dengan perasaan datar-datar saja. Namun ternyata film yang tadinya ditayangkan untuk kepentingan televisi ini (bukan layar lebar) tidak sedang punya kepentingan menunjukkan kejayaan sepakbola Manchester United di masa kepelatihan Sir Matt Busby. Yang disoroti justru adalah tragedi kemanusiaannya yakni ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan menewaskan sebagian besar pemain inti.
Bagi para penggemar Manchester United, tentu saja film United (2011) akan semakin menebalkan kecintaan mereka pada klub. Film semacam ini akan menyadarkan mereka bahwa Manchester United, salah satu klub terbesar di dunia, ternyata dibangun di atas puing-puing tragedi yang nyaris memporakporandakan eksistensinya. Bagi yang non-penggemar, menyaksikan film ini juga bukan sebuah pengkhianatan terhadap keyakinannya akan klub lain. Karena United bercerita tentang sesuatu yang sifatnya lebih universal daripada sekadar fanatisme klub: Tentang bagaimana mereka jaya, lantas jatuh luluh lantak, dan merangkak untuk mengembalikan kejayaannya.
Film United yang disutradarai oleh James Strong ini memusatkan ceritanya pada pemain muda Bobby Charlton (Jack O'Connell) dan asisten pelatih Jimmy Murphy (David Tennant). Keduanya menjadi bagian penting dalam membangun kembali skuad Manchester United pasca mengalami kecelakaan pesawat tahun 1958 di bandara Munich. Tragedi tersebut barangkali merupakan yang terbesar dalam sejarah sepakbola. Tercatat 23 orang meninggal termasuk para pemain terbaik Manchester United saat itu yakni Duncan Edwards, Geoff Bent, David Pegg, dan Billy Whelan. Manajer mereka, Sir Matt Busby, sempat mengalami cedera namun akhirnya selamat dan sanggup melatih kembali. Film United lebih banyak fokus pada emosi yang menggelayuti Charlton maupun Murphy pasca kecelakaan.
Meski ditujukan pada mulanya sebagai film televisi, namun sebenarnya United ini kualitasnya cukup baik untuk diangkat ke layar lebar sekalipun. Tampak sekali film tersebut pandai memilih tone sehingga terasa gambar-gambarnya sebagai sebuah nostalgia dari awal hingga akhir. Penampilan O'Connell dan Tennant sebagai Charlton dan Murphy -dan satu lagi yang patut dicatat adalah bagaimana Dougray Scott sanggup menularkan kharisma Sir Matt Busby- adalah surplus tersendiri bagi film ini. Untuk sebuah hiburan yang merangsang kesedihan kita untuk sesaat, film ini cukup layak dijadikan tontonan.
Rekomendasi: Bintang Tiga
Comments
Post a Comment