Skip to main content

Tentang Perempuan Bernama NK

Pada tanggal 21 Agustus 2024, seorang perempuan, mantan mahasiswi, menjangkau saya via DM Instagram untuk mengucapkan simpati atas hal yang menimpa saya. Singkat cerita, kami berbincang di Whatsapp dan janjian untuk berjumpa tanggal 6 September 2024 di Jalan Braga. Tidak ada hal yang istimewa. Dia sudah punya pacar dan juga memiliki mungkin belasan teman kencan hasil bermain dating apps .  NK baru saja bercerai dengan membawa satu anak lelaki. Dia adalah mahasiswi yang saya ajar pada sekitar tahun 2016 di sebuah kampus swasta. Dulu saya tidak punya perhatian khusus pada NK karena ya saya anggap seperti mahasiswa yang lainnya saja. Namun belakangan memang dia tampak lebih bersinar karena perawatan diri yang sepertinya intensif. Selain itu, bubarnya pernikahan selama sebelas tahun membuatnya lebih bebas dan bahagia. Sejak pertemuan di Jalan Braga itu, saya tertarik pada NK. Tentu saja NK tidak tertarik pada saya, yang di bulan-bulan itu masih tampak berantakan dan tak stabil (fisik, ...

Karena Tubuh Lebih Mengerti

Pada hari Sabtu, 9 Oktober, selesai main musik di sebuah restoran, saya minum es teh tawar di gelas berukuran besar. Tidak lama kemudian, rasa sakit menyerang antara dada dan perut, menjalar hingga punggung dan lama-lama menjadi sesak. Saya langsung dilarikan ke IGD RS Limijati, diperiksa ini itu (hingga dipasangi aneka kabel), diberi penahan rasa sakit dan saat sakitnya hilang, saya meminta untuk pulang. Pemeriksaan saat itu menunjukkan tekanan darah saya mencapai 210. Sesampainya di apartemen, sakit itu datang lagi dan malah lebih parah. Saya kembali masuk ke IGD RS Hermina Arcamanik. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa selain tekanan darah, gula darah saya pun bermasalah.

 

Sekarang sudah hampir seminggu sejak saya keluar dari rumah sakit. Pola makan serta gaya hidup mesti diubah secara total: merokok dari yang sebelumnya bisa dua bungkus per hari, sekarang hanya sebatang per hari; makanan yang dikonsumsi tadinya hampir bebas (ada pantangan sih, tapi saya sering diam-diam makan apa saja di belakang pengawasan istri), sekarang jadi tidak boleh terlalu manis dan terlalu asin; selain itu, makanan juga sebisa mungkin jangan yang dari hasil pengawetan, melainkan diolah langsung dimakan dalam waktu relatif singkat. Soal yang terakhir, saya hampir tidak ada masalah karena apartemen yang kami tinggali lokasinya bersebelahan dengan pasar jadi ya memang sehari-hari kami makan seperti itu: beli bahan segar pagi-pagi sekali untuk dimasak langsung. 

Perubahan gaya hidup dan pola makan memang rumit, tetapi dampaknya dalam beberapa hari ini cukup positif. Meski sempat lemas pada mulanya, tapi setelah beradaptasi, saya langsung sadar bahwa selama ini ternyata saya hidup di dalam "tubuh yang rusak". Jujur, saya tidak pernah tidur yang benar-benar pulas atau berada dalam kondisi tubuh yang dikatakan fit. Meski aktivitas saya banyak, tetapi semua dijalankan hanya berdasarkan semangat yang tinggi saja, bukan karena kondisi fisik yang memadai. 

Ternyata benar bahwa tubuh adalah penanda perubahan waktu yang paling kuat. Pikiran saya bisa ada pada ketetapan tertentu, tetapi tubuh tidak bisa: ia berubah dan pada usia tertentu, pelan-pelan mengalami penurunan. Hal ini merupakan hukum alam yang tidak bisa ditolak dan membayangkan sebaliknya justru malah semakin mengerikan: muda terus, bertenaga terus, aktif terus. Jika orang terus menerus dalam keadaan sehat secara fisik, tidakkah matinya ia hanya dimungkinkan oleh suatu bencana atau dibunuh oleh manusia lain? Bukankah itu kematian yang lebih tidak menyenangkan? 

Terakhir, soal kematian. Harus diakui pada kondisi rasa sakit yang tidak tertahankan, bayangan kematian itu begitu dekat. Namun saat ada pada situasi itu, ternyata tidak banyak yang jadi pikiran: saya tidak peduli pada orang lain atau apa-apa yang akan saya tinggalkan. Saya hanya peduli pada diri sendiri dan fokus menghadapi Ketiadaan. Apakah orang lain kemudian akan sedih atau membicarakan saya setelah mati, itu sama sekali bukan pertimbangan penting dalam kondisi yang genting. 

Sekarang saya mencoba menjalani hidup sebisa-bisa. Lucunya, saat pernah ada dalam kondisi katakanlah hampir-hampir mati, sekarang hidup malah lebih rileks. Ada beberapa hal yang karena saya sudah "mengerti", kemudian menjadi tidak perlu berkata-kata banyak tentangnya. Apa itu? Tentu saja, saya tidak bisa mengatakannnya..

Comments

Popular posts from this blog

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k...