Skip to main content

Tidak Tahu

Tetapi aku tidak tahu ternyata usia 38 itu terasanya seperti ini. Juga aku tidak tahu ternyata beginilah kehidupan sehari-hari sebagai pengajar, penulis, dan pengkaji filsafat. Begitupun bayanganku tentang mereka yang menginjak fase lansia. Mereka tidak tahu bahwa usia 70 itu rasanya seperti itu. Begitupun bayanganku tentang para koruptor saat tertangkap. Mereka tidak tahu bahwa menjadi koruptor yang tertangkap itu rasanya seperti itu. Kita lebih banyak tidak tahu tentang segala sesuatu, tidak tahu sampai benar-benar merasakannya. Berada di dalamnya .  Bayanganku tentang masa tua adalah selalu ketakutan. Kecemasan karena kian dekat dengan kematian. Namun aku tidak tahu. Mungkin mereka malah bahagia. Buktinya banyak diantara mereka yang semakin bersemangat, kian giat berkarya, atau menjalani hari-hari yang santai tanpa ambisi selayaknya di masa muda. Aku tidak tahu rasanya menjadi mereka. Mereka sendirilah yang tahu rasanya bagaimana menjadi tua. Karena mereka ada di dalamnya .  Tetapi

30hari30film: The Italian Job (1969)

6 Ramadhan 1434 H

Saya baru mengetahui bahwa film semacam ini punya genre-nya sendiri. The Italian Job (1969) digolongkan sebagai heist film karena berisikan sebuah rencana kejahatan yang melibatkan grup. Film yang disutradarai oleh Peter Collinson ini bercerita tentang gerombolan mafia dari Inggris yang berencana mencuri uang empat juta dollar dari perusahaan FIAT di Italia. Seperti pada umumnya heist film, The Italian Job yang berdurasi sembilan puluh menit ini menghabiskan hampir separuh awal filmnya untuk menceritakan bagaimana rencana canggih mereka dalam membobol pertahanan berlapis dari pihak sekuriti FIAT yang membawa uangnya via mobil.

Selain disebut sebagai heist film, The Italian Job juga -atas dasar sejumlah aksinya yang komikal dan bernuansa humor- disebut sebagai caper story. Caper story membuat The Italian Job berbeda dengan film bertemakan kejahatan lain yang serius semisal Dog Day Afternoon atau Scarface. Meski mengundang tawa, namun The Italian Job tetap mengandung aksi-aksi memikat seperti misalnya adegan kejar-kejaran mobil, penyelinapan kelompok pencuri ke ruang data, serta bagaimana kemacetan luar biasa tercipta di tengah kota Turin. Collinson sepertinya cukup total dalam menggarap film ini -setidaknya terlihat dari bagaimana ia rela menghancurkan mobil-mobil mewah di banyak adegan-. Selain itu, ia juga melibatkan musisi jazz Quincy Jones untuk menggarap soundtrack dalam film ini sehingga memang musik-musiknya menjadi cukup memikat dan sanggup menopang berbagai adegan.

The Italian Job dibintangi oleh Michael Caine yang berperan sebagai Charlie Croker, si pemimpin gerombolan Inggris. Untuk melancarkan aksinya, ia dibantu oleh Mr. Bridger (Noel Coward) yang sanggup menjalankan kehidupan mafia dari balik penjara. Film yang masuk urutan ke-27 film terbaik Inggris sepanjang masa ini menarik tidak hanya bagi mereka penggemar film aksi, tapi mungkin juga bagi penggemar film pada umumnya. Ketegangan yang dibangunnya cukup tinggi, tapi tetap menyelipkan humor sebagai pengimbang.

Rekomendasi: Bintang Tiga


Comments

Popular posts from this blog

Tentang Live Instagram Dua Belas Jam

  Hari Minggu, 24 Juli kemarin, saya live Instagram hampir dua belas jam. Untuk apa? Pertama, mengumpulkan donasi untuk Kelas Isolasi yang kelihatannya tidak bisa lagi menggunakan cara-cara yang biasa-biasa (karena hasilnya selalu kurang memadai). Kedua, iseng saja: ingin tahu, selama ini saya belajar dan mengajar filsafat itu sudah “sampai mana” jika diukur dengan menggunakan jam. Putusan untuk mengudara dua belas jam tersebut tidak melalui persiapan matang, melainkan muncul begitu saja dari dua hari sebelumnya. Oh iya, materi yang saya bawakan adalah berkenaan dengan sejarah filsafat Barat. Keputusan tersebut membuat saya agak menyesal karena mesti menghabiskan hari Jumat dan Sabtu untuk baca-baca secara intens. Seperti yang sudah saya duga, belajar filsafat memang aneh: semakin dibaca, semakin menganga lubang-lubangnya. Awalnya, saya berniat untuk khusus membaca bagian Abad Pertengahan saja karena merasa pengetahuan saya paling lemah di bagian itu. Setelah lumayan membaca tipis-tip

Metafisika

Entah benar atau tidak, tapi boleh kita percaya agar pembahasan ini menjadi menyenangkan: Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak sengaja. Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yang di luar kenyataan seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada (being qua being) setelah buku bertitel 'Fisika'. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai 'Metafisika'. 'Metafisika' berarti sesudah 'Fisika', yang memang secara harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku 'Fisika' di rak Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Agak sulit untuk menjelaskan secara presisi tentang apa itu metafisika (tentu saja metafisika dalam arti istilah yang berkembang melampaui rak buku Aristoteles), maka itu alangkah baiknya kita simak beberapa contoh upaya untuk me

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1