Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual. Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala
Ustad Abdul Somad (UAS) sedang ramai dibicarakan oleh sebab pernyataannya di YouTube yang dianggap menista agama lain. Kali ini, UAS berkomentar tentang salib yang di sana, katanya, ada jin kafir bersemayam dan menggoda manusia. Godaan tersebut, lanjut UAS, sangat berbahaya bagi akidah. Ia mencontohkan, jika lambang salib terpampang di rumah sakit yang mana di dalamnya ada seorang muslim yang menjelang ajal, maka segera tutup lambang salib tersebut karena jin kafir yang ada di dalamnya bisa membuat muslim tersebut menjadi su'ul khatimah (mati dalam keadaan tidak baik). Kabar terakhir, UAS dipolisikan karena dianggap memenuhi unsur penistaan agama. Ada beberapa pandangan saya di sini, terkait kasus tersebut. Pandangan tersebut adalah sebagai berikut: Bagi saya, kesalahan juga ada pada penanya. Memang penanya bermaksud mendapat kejelasan dengan bertanya, "Apa sebabnya Ustad, jika saya melihat salib, menggigil hati saya?" Tapi pertanyaan semacam itu hampir retori