Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2009

Kronologi dan Duduk Perkara Kasus SM

Pada tulisan ini, saya Syarif Maulana, akan menjabarkan kronologi selengkap-lengkapnya tentang segala proses berkaitan dengan kasus dugaan kekerasan seksual yang dituduhkan pada saya tanggal 9 Mei 2024 di media sosial X. Tuduhan tersebut menjadi viral dan menyebabkan saya dipecat dari berbagai institusi, tulisan-tulisan diturunkan dari berbagai media, buku-buku dicabut dari penerbitan, dan dikucilkan dari berbagai komunitas filsafat, termasuk komunitas yang saya bangun sendiri, Kelas Isolasi.  Penulisan kronologi ini dilakukan dalam rangka menjelaskan duduk perkara dan perkembangan kasus ini pada publik berdasarkan catatan dan dokumentasi yang saya kumpulkan.  Tuduhan kekerasan seksual (selanjutnya akan disingkat KS) kepada saya dimulai pada tanggal 9 Mei 2024, dipicu oleh cuitan dari akun @flutuarsujet yang menuliskan “... katanya dia pelaku KS waktu di Tel**m, korbannya ada lima orang …”. Kata “Tel**m” tersebut kemungkinan besar mengacu pada Telkom University, tempat saya bekerja seb

Catatan Awal Tahun

Alhamdulillah, akhirnya tahun 2009 terlewati juga. Tahun yang bagi saya, salah satu yang berkesan. Berkesan dalam artian, di tahun ini, saya mendapatkan banyak pengalaman baru. Dan pemaknaan baru. Ada hal-hal yang dulunya saya tak paham, sekarang jadi paham. Atau entah saya merasa paham padahal sebenarnya belum, atau dari dulu sudah paham tapi sekarang tambah paham. Memangnya paham itu apa sih? Yang pasti begini, apapun yang saya alami di tahun 2009 kemarin, ternyata sukses membuat saya sungguh-sungguh menatap 2010. Saya, untuk pertama kalinya, membuat daftar resolusi. Daftar resolusi yang bagi saya, terlampau rinci dan penuh perencanaan. Membuat tahun 2010 terasa dingin dan kaku, bagaikan angka-angka di microsoft excel. Membuat tahun 2010 terasa singkat dan padat, karena memang saya padatkan dalam perencanaan. Bukankah iya, segala perencanaan adalah seolah-olah menafikan bahwa hidup itu punya kejutan? Tidakkah jika Hume masih hidup, ia akan menertawakan daftar resolusi kita semua? Sam

Siddhartha: Percikan Inspirasi Sang Buddha

Penganugerahan Nobel Sastra bagi Hermann Hesse pada tahun 1946 dibuktikannya dengan sangat baik dalam novel Siddhartha ini. Bagi saya, novel ini tidak hanya indah dan puitis, tapi juga inspiratif dan mencerahkan. Keunikannya terletak dari tidak adanya konflik antar orang, melainkan hanya konflik Siddhartha (sang tokoh utama) dengan dirinya. Ya, ini adalah karya sastra yang bercerita tentang pergulatan batin dan pencarian spiritual seorang Siddhartha, yang diceritakan hidup sejaman dengan Gotama, Sang Buddha (sekitar 600 SM). Penokohannya sendiri sebenarnya cukup menggelikan. Fakta historis mengatakan bahwa Sang Buddha bernama asli Siddhartha Gotama. Namun di novel itu, antara Siddhartha dan Gotama adalah dua tokoh yang sama sekali lain. Gotama adalah Sang Buddha yang ajarannya saat itu tengah naik daun dan sangat digandrungi masyarakat India, sementara Siddhartha justru menolak ajaran Gotama, yang diungkapkannya dalam kalimat yang inspiratif: "Tidak ada seorangpun yang mendapat pe

Untuk 30 November 2009

Sudah lebih dari dua puluh hari sejak saya terakhir mengupdate blog ini. Jika ditanya alasannya kenapa, saya tidak tahu. Daripada saya cari-cari alasan padahal intinya cuma malas. Artinya, saya melewatkan juga hari ulang tahun saya untuk dituliskan. Maksudnya, dituliskan secara berdekatan dengan momennya. Padahal, ulang tahun saya tahun ini, terasa sangat bermakna. Bermakna karena banyak hal, yang akan saya ceritakan: Hari itu hari Senin, 30 November 2009. Hari yang artinya, bagi orangtua saya, itu adalah tanda: bahwa tepat dua puluh empat tahun lalu, saya lahir ke dunia. Lahir untuk entah apa, yang pasti awal mulanya, adalah untuk membahagiakan orangtua saya. Untuk meyakinkan sebenarnya mereka punya garis keturunan yang melanjutkan apa-apa yang pernah ia bangun dalam hidupnya. Yang lewat keturunan ini, seolah-olah orangtua saya disajikan, tentang nikmatnya menyaksikan rekaman ulang kejadian kehidupan. Melanjutkan keturunan itu barangkali, memberi tahu dengan gamblang: bahwa, Subhanall