Ilustrasi dihasilkan oleh AI Ada macam-macam pengandaian untuk manusia tertentu yang dianggap tak-lagi-seperti-manusia. Dalam sebuah pertarungan UFC (contoh ini dipilih karena saya sering menontonnya di Youtube), misalnya, seorang petarung yang begitu ganas dalam melancarkan pukulan dan bantingan bisa diibaratkan oleh komentator "seperti hewan". Mungkin karena petarung tersebut begitu "kehilangan akal", memanfaatkan hanya nalurinya untuk menerkam, memanfaatkan seluruh tubuhnya untuk menghabisi mangsa. Ada juga perandaian lain yang non-manusia, yaitu mesin. Menyebut manusia sebagai mesin sama-sama memperlihatkan "kehilangan akal", tetapi lebih menunjuk pada suatu gerakan otomat, kadang repetitif, yang kelihatannya bisa dilakukan berulang-ulang tanpa mengenal rasa lelah. Mungkin bisa dibayangkan pada Cristiano Ronaldo muda yang larinya begitu kencang atau petinju yang bisa menghujamkan pukulan terus menerus seolah-olah dia diprogram demikian. Tubuh adalah ...
Saya lupa kapan mulai berkenalan dengan filsafat. Tapi resminya, boleh dibilang ketika saya mengikuti extension course filsafat di tahun 2006. Kegiatan rutin tiap Jumat malam di Jl. Nias itu, pelan tapi pasti, mengubah cara pandang saya. Saya ingat, awal mula materi di extension course itu, adalah soal antropologi manusia. Saya berkenalan diantaranya dengan pemikiran Nietzsche, Marleau-Ponty dan Lacan soal manusia ini sebenarnya apa, dari mana, mau ke mana? Apakah makhluk yang sudah selesai, atau sedang dalam proses? Lantas, apakah yang dinamakan hubungan sesama manusia itu? Lalu, bagaimana manusia mendefinisikan baik-buruk? Ketuhanan? Macam-macam lah pokoknya, membuat saya kebingungan dan keluar ruangan dalam perasaan yang aneh. Perasaan yang, ternyata, one way ticket : Tidak bisa pulang kembali ke kenyamanan yang dulu. Melainkan mesti mengarungi, terus menerus, bergulat dengan gelisah, hingga entah kapan. Demikian awal mula filsafat ambil bagian dalam hidup saya. Mulailah dibeli b...