Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Tentang Perempuan Bernama NK

Pada tanggal 21 Agustus 2024, seorang perempuan, mantan mahasiswi, menjangkau saya via DM Instagram untuk mengucapkan simpati atas hal yang menimpa saya. Singkat cerita, kami berbincang di Whatsapp dan janjian untuk berjumpa tanggal 6 September 2024 di Jalan Braga. Tidak ada hal yang istimewa. Dia sudah punya pacar dan juga memiliki mungkin belasan teman kencan hasil bermain dating apps .  NK baru saja bercerai dengan membawa satu anak lelaki. Dia adalah mahasiswi yang saya ajar pada sekitar tahun 2016 di sebuah kampus swasta. Dulu saya tidak punya perhatian khusus pada NK karena ya saya anggap seperti mahasiswa yang lainnya saja. Namun belakangan memang dia tampak lebih bersinar karena perawatan diri yang sepertinya intensif. Selain itu, bubarnya pernikahan selama sebelas tahun membuatnya lebih bebas dan bahagia. Sejak pertemuan di Jalan Braga itu, saya tertarik pada NK. Tentu saja NK tidak tertarik pada saya, yang di bulan-bulan itu masih tampak berantakan dan tak stabil (fisik, ...

Absurditas Musik

"The art of combining sounds or tones for reproduction by the voice or by various kinds of musical instruments in rhythmical, melodic, and harmonic form so as to affect the emotions." (The Universal English Dictionary) Demikianlah musik didefinisikan oleh salah satu sumber. Definisi macam ini, dalam ilmu logika dinamakan definisi gambaran, yakni menyebutkan seluruh konsep yang berada di dalamnya. Jika kau merasa tak rela musik didefinisikan dengan cara ini, maka simak definisi ala Friedrich Nietzsche (1844-1900): "Without music life would be a mistake." Meski tak tepat benar, tapi bolehlah mengategorikan ini adalah bentuk definisi tujuan, yakni mendefinisikan sesuatu berdasarkan tujuan serta maksud dari sebuah konsep. Seolah-olah, "Tujuan dari musik adalah membuat hidupmu menjadi benar." Leonard Bernstein (1944-1990) mencoba mendefiniskan dengan cara lain, yakni membuat klasifikasi, bahwa musik itu adalah empat adanya: Narative-literary , yakni musik menje...

Fondasi

" Aku berkemah disini, berdemonstrasi, agar anak cucu saya menikmati kedamaian. Jauh dari tiran ." Kalimat di atas adalah terjemahan bebas saya dari wawancara stasiun televisi Al-Jazeera dengan seorang demonstran ketika revolusi Tunisia. Revolusi yang berlangsung selama 28 hari di akhir tahun 2010 tersebut sukses mencapai tujuannya yaitu menurunkan presiden Ben Ali dari jabatannya. Saya tertegun dengan ucapan demonstran tersebut, membawa saya pada pertanyaan penting: Masih berhargakah hidup kita sekarang, jika kita tak tahu bahwa akan ada penerus di masa datang? Masih relevankah semboyan terkenal di era barok, memento mori , rebut hari ini, padahal bagi si demonstran yang terpenting adalah memenangkan sesuatu di masa depan? Syahdan, ada masa dimana konsep-konsep besar rajin dibicarakan, atau Lyotard menyebutnya: metanarasi. Yakni ia yang disebut sebagai Keadilan, Kedamaian, Kesetaraan, Kebahagiaan, Kesejahteraan hingga yang paling abadi: Kebenaran (semuanya dengan K besar). ...

Kekuatan Kepercayaan

Menjelang sidang magister tanggal 12 Maret kemarin, ada ritual yang biasa saya jalankan setiap akan menghadapi suatu hari yang krusial. Ritual ini, bukan berasal dari saya pribadi sebetulnya, tapi dari ibu saya, yaitu: minum air Yaasin. Jadi ibu, setiap habis solat subuh, akan menyimpan air di hadapan sajadahnya dan membacakan surat Yaasin. Selepas "upacara" tersebut, ibu meminta saya meminumnya dalam sekali teguk sambil mengucap basmalah. Dalam perjalanan menuju kampus saya merenungi ritual tersebut, adakah korelasi antara "upacara irasional" itu dengan sidang saya yang jelas-jelas rasional? Ibu melakukan itu sejak saya ujian SD. Artinya, jelas ibu mendahului penelitian Masaru Emoto tahun 1999 soal struktur air yang berubah menjadi teratur kala dibacakan doa-doa. Kenyataan bahwa saya sukses melewati hari-hari penting dalam hidup semenjak kecil hingga sekarang, tidakkah terlalu arogan jika saya menyebut itu adalah atas berkat intelegensi semata-mata? Saya lantas te...