Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2014

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Kita dan Ivan Dmitrich

Ivan Dmitrich Gromov adalah salah satu tokoh dalam cerpen Ruang Inap no. 6 yang ditulis oleh Anton Chekhov. Ia adalah orang yang menjadi gila oleh sebab rasa takutnya pada sekeliling. Ivan Dmitrich sesungguhnya mahasiswa yang cerdas dan rajin membaca. Namun sejak keluarganya mengalami keruntuhan ekonomi, kejiwaannya mengalami degradasi sedikit demi sedikit. Ia menjadi takut dijebloskan ke penjara. Ia merasa orang-orang tengah berkomplot untuk menjebloskannya ke penjara. Ketika terjadi peristiwa pembunuhan di kotanya, ia merasa bahwa orang-orang menuduh ia yang menjadi pembunuhnya. Bunyi dering atau denting pintu gerbang membuatnya terperanjat dan berkeringat dingin. Tukang tungku yang rutin memindahkan tungku di dapur ia curigai sebagai polisi yang menyamar sebagai tukang tungku. Ivan Dmitrich tak terhindarkan lagi untuk dijebloskan, bukan ke penjara, melainkan ke tempat perawatan orang-orang sakit jiwa yang dinamakan dengan Ruang Inap no. 6. Sekilas mungkin kamu setuju bahwa Ivan...

Terima Kasih, Ruang Kecil!

Orang dulu bilang, banyak anak banyak rejeki. Anak saya tidak banyak, cuma satu, tapi rejekinya ada. Rejeki terbaiknya tentu saja rasa bahagia. Rejeki lainnya, misal soal pekerjaan. Tiba-tiba saja saya diterima sebagai dosen tetap di salah satu perguruan tinggi swasta setelah beberapa tahun mengajar kesana kemari dengan status honorer. Tapi agaknya terlalu naif jika saya dengan terburu-buru mengaitkan rejeki ini dengan suatu kepercayaan metafisik "banyak anak, banyak rejeki" -meskipun secara kausal, ada benarnya juga-.  Saya merasa bahwa segala proses menuju dosen tetap yang boleh dikata tidak mudah tersebut, terbantu banyak sekali dari bagaimana saya pernah bergaul di komunitas-komunitas yang ada di ruang kecil seperti Tobucil, Garasi10, KlabKlassik, Madrasah Falsafah, Klab Filsafat Tobucil, ataupun Layarkita. Tidak hanya sebatas itu bantuan mereka. Saya juga merasa sudah dibekali secara cukup oleh komunitas-komunitas tersebut sebelum memulai menjajaki karir dan pergaula...

Ruang Inap no. 6: Kegilaan dan Moralitas

"Ya, saya sakit. Tapi kan berpuluh, beratus, orang gila berlalu-lalang dengan bebas, karena kepicikan Anda tidak mampu membedakan mereka dari orang sehat. Kenapa saya dan orang-orang malang ini mesti duduk di sini menggantikan semuanya, sebagai kambing hitam. Anda, Pembantu Dokter, pengawas, dan semua babi rumahsakit, dalam hubungan susila lebih rendah tak terkira daripada masing-masing kami, tapi kenapa kami yang duduk di sini, dan kalian tidak? Di mana logikanya?" - Ivan Dmitrich Gromov dalam Ruang Inap no. 6   Setiap saya berkesempatan berjumpa dengan Pak Awal Uzhara, ia tidak henti-hentinya membicarakan cerpen Ruang Inap no. 6 . Katanya, "Ini jenis karya naturalisme tinggi yang bagus sekali." Rekomendasi Pak Awal tentu saja tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Ia mengaku "mengenal" Anton Chekhov mulai dari rentetan karya hingga riwayat hidupnya. Ketika akan memulai membaca cerpen tersebut, saya tidak mempersiapkan apa-apa. Maksudnya, saya melakuka...