Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

Mengapresiasi Mercusuar Merah: Ikhtiar akan Teater Perubahan

Di sebuah acara bernama Malam Ide yang diselenggarakan oleh Pusat Kebudayaan Prancis di Bandung, saya dengan semangat mengundang Mercusuar Merah untuk mengisi salah satu mata acara dengan menampilkan teater. Teaternya seperti apa, saya tidak benar-benar tahu. Saya hanya kenal baik sosok di baliknya: Mohamad Chandra Irfan, pribadi yang progresif, revolusioner, dan kritis terhadap bentuk-bentuk teater yang terlampau konvensional.  Lalu saya, kami semua, pengunjung Malam Ide, benar-benar menantikan apa yang akan ditampilkan Chandra dan kawan-kawan. Properti mereka sederhana sekali: hanya kursi-kursi yang memang sudah ada, baju-baju yang digantung, serta mikrofon. Lalu lagu berjudul Internationale diputar pertanda pertunjukan dimulai. Para pemain tidak langsung tampil di atas panggung. Mereka menyalami semua hadirin dulu dengan berkeliling seperti sedang halal bi halal.  Chandra kemudian mengendalikan mikrofon. Ia bicara tidak dengan dramatisasi vokal yang biasa kita tem

Kelas Kajian Eksistensialisme: Nietzsche Ya Nietzsche

*) Ditulis sebagai pengantar Kelas Kajian Eksistensialisme: Friedrich Nietzsche di Garasi10, 8 Januari 2018. Nietzsche dan Eksistensialisme  Ketika membicarakan para pemikir eksistensialisme, nama Friedrich Nietzsche (1844 - 1900) tidak selalu secara otomatis dikait-kaitkan. Alasannya, kemungkinan, selain dia tidak sering membawa-bawa kata “eksistensi” dalam tulisan-tulisannya, Nietzsche juga tampak sebagai pemikir yang soliter dan berdikari di tengah sejarah pemikiran - artinya, ia tidak mudah digolongkan pada “isme-isme” apapun. Nietzsche ya Nietzche-.  Pertanyaannya, mengapa ia tampak sebagai pemikir yang soliter dan berdikari? Ada beberapa penyebab: Pertama, Nietzsche benar-benar otentik. Ia menulis dalam suatu rasa muak yang kuat terhadap zaman, sehingga kita yang membacanya, turut merasakan mual di perut. Tulisannya benar-benar mencerminkan suatu kemarahan yang hebat dan merusak - yang membuat siapapun rasanya tidak mungkin membaca Nietzsche dalam sekali teguk.