Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya. Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang. Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di
Pertama-tama, saya bukan penggemar Superman is Dead. Pun secara umum, saya bukan pendengar musik punk yang intens. Via Vallen apalagi, hanya karena dia populer, maka sering sekali secara tanpa sengaja mendengarkan beberapa lagu yang ia bawakan. Kemudian dari linimasa dua teman yang sering saya jadikan referensi konflik budaya pop terkini, saya mulai mengikuti konflik antara personil grup Superman Is Dead (berikutnya disingkat SID saja) bernama Jerinx (pemain drum) dengan penyanyi Via Vallen. Inti dari konfliknya adalah sebagai berikut: Via Vallen pada tahun 2013, sebelum ia terkenal seperti sekarang ini, sering sekali membawakan lagu dari SID berjudul Sunset di Tanah Anarki dengan aransemen dangdut koplo. Jerinx tidak mempermasalahkannya saat itu karena mungkin bagian dari promosi gratis bagi SID sendiri. Namun seiring dengan popularitas Via Vallen saat ini, Jerinx kemudian menjadikan hal tersebut masalah oleh sebab pertama, album baru SID, kata Jerinx, berpotensi untuk diaranse