Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2020

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Mengenang Romo B. Herry Priyono

MENGENANG ROMO B. HERRY PRIYONO Hari ini hati begitu mendung, mendengar kabar Romo Herry Priyono, dosen saya di STF Driyarkara, meninggal dunia. Segalanya begitu mendadak, karena baru saja delapan hari lalu, saya melihat Romo bicara di Philofest ID dan seperti biasa, tampak sangat sehat dan bergairah. Perkenalan saya dengan Romo Herry mungkin baru sekitar dua tahun, dan tentu saja banyak yang sudah lebih lama kenal dengan beliau, terutama mereka yang kuliah di STF Driyarkara sejak S1 dan S2 (saya sendiri baru masuk tahun ini di program S3, meski sudah diajar beliau sejak program Matrikulasi). Meski perkenalannya relatif singkat, namun saya merasakan suatu kesedihan sekaligus kehilangan yang amat besar. Saya bertanya-tanya: mengapa bisa seperti itu? Padahal, di sisi lain, ada sejumlah kenangan kurang enak berkaitan dengan beliau. Misalnya, di kelas pengantar filsafat yang diampu beliau di program Matrikulasi, saya pernah datang terlambat. Beliau melarang saya masuk kelas, meski

Philofest ID, Pencapaian yang Hakiki

Pada tanggal 7 - 13 Desember lalu, kami mengadakan semacam acara. Kami yang dimaksud adalah sejumlah komunitas pengkaji filsafat di Indonesia, dan acara yang dimaksud adalah festival filsafat bernama Philofest ID. Inisiasi ini dilakukan sekitar tiga bulan sebelumnya, dan saya bisa katakan bahwa semuanya berlangsung hampir bersamaan, seolah-olah sudah menjadi kegelisahan bersama. Saat Kelas Isolasi menjelang edisi ke-100, Nino dan saya memutuskan untuk mengisi materi kelas dengan ajakan kolaborasi dengan berbagai komunitas seperti Schole ID, Akademi Aliarcham, Ze-No Centre for Logic and Metaphysics, LSF Discourse, dan Komunitas Mikir. Ide ini kemudian saya bicarakan dengan Martin Suryajaya dan dia menyambut dengan begitu antusias. Katanya, ia juga sudah memikirkan bahwa ekosistem filsafat harus dibenahi dengan saling berkolaborasi. Bahkan alangkah lebih baik jika medan sosial filsafat juga seperti sastra, punya berbagai sayembara, penghargaan, dan festival. Hampir bersamaan dengan itu p