Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya? Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.
Football Manager, atau yang dulunya bernama Championship Manager, adalah game PC yang mengambil tema manajer sebuah klub sepakbola. Jika game olahraga kebanyakan menjadikan kita sebagai pemain, FM tidak mengeksploitasi ketangkasan ala genre sports atau action , melainkan lebih ke kecerdikan, ketekunan, ketepatan mengambil keputusan, dan segala-gala yang berkaitan dengan kemampuan-kemampuan manajerial. Maka pantaslah jika game olahraga ini digolongkan pada strategy. Info tentang game ini silakan lihat saja di sini . Saya bermain FM sejak SMP, sejak namanya masih CM. Entah kenapa, bagi saya permainan ini sangat membuat kecanduan. Saya bisa memainkannya seharian penuh, bahkan ketika mengetik ini pun game tersebut masih berjalan. Dalam tingkat kecanduan yang parah, saya bisa tidak tidur dan kontra-produktif: waktu masih kuliah, kuliah jadi telat, sedangkan kali ini, saya jadi jarang menulis. Maka itu agar jadi produktif menulis, saya ambil jalan tengahnya, yaitu menulis tentang FM, wa