Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Paku dan Hal-Hal yang Tidak Perlu Kita Ketahui Tentangnya

(Ditulis sebagai pengantar pameran Ridwan S. Iwonk di Festival Merawat Beda yang diselenggarakan oleh Komuji Indonesia, 22 September – 6 Oktober 2020 di Rumah Komuji, Bandung) Mari membicarakan paku dari berbagai perspektif. Misalnya, kondisi negeri kita sekarang ini, punya andil benda bernama paku di dalamnya. Iya, kita mencoblos gambar para wakil rakyat, dengan paku yang tajam, seolah-olah kita tancapkan harapan ke dada mereka. Selain itu, jangan lupakan juga dunia klenik di Indonesia, yang menjadikan paku sebagai benda penting untuk dimasukkan pada tubuh orang yang disantet (kelihatannya belum ada perkakas lain yang lebih seram untuk menggantikan paku). Lebih serius lagi, spiritualitas umat Kristiani dibangun salah satunya oleh benda bernama paku, yang digunakan sedemikian kejamnya, sehingga meneteskan begitu banyak darah Sang Mesias yang bersimbah di sepanjang Via Dolorosa . Darah itu bukan sembarang darah, melainkan darah yang menebus dosa umat manusia.  Kita paksakan untuk me...

Jika Kata Anjay Dilarang ...

Beberapa hari belakangan ini, netizen dihebohkan (iya, memang hanya netizen yang sering merasa heboh, orang di luar jaringan, kelihatannya, biasa-biasa saja tuh) oleh larangan kata "anjay" yang dikeluarkan oleh Komnas PA, berdasarkan "aduan masyarakat" - yang jika ditarik, bermula dari aduan Lutfi Agizal (semacam figur publik yang saya tidak tahu karena saya kurang gaul) -. Tentu saja, kritik muncul di mana-mana, karena, mengapa ucapan harus dilarang, meski katanya kasar? Jika ditilik-tilik, apakah memang iya, kata "anjay" itu kasar? Lalu, jika larangan tersebut benar-benar diberlakukan dan sifatnya mengikat secara hukum, kira-kira apa yang bakal terjadi pada masyarakat kita? Gambar diambil dari sini . Saya tiba-tiba ingat film tahun 2010 berjudul The King's Speech yang bercerita tentang Raja George VI yang gagap. Kegagapannya ini tentu saja menjadi masalah bagi seorang raja yang harus sering bicara di hadapan publik. Apalagi, konteks Raja George VI a...