Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Guru Spiritual

    Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual.  Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala

Guru Kecil

Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia Bahwa hidup ini jauh lebih membahagiakan  Jika kamu tak punya apa-apa Atau setidaknya hanya punya keinginan-keinginan sederhana saja Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia Bahwa kata-kata cinta tidak punya arti sama sekali Cinta adalah tentang merawat dan membesarkan Lewat tindakan sekaligus lewat diam Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia Bahwa eksistensi manusia itu sungguh menyedihkan Lahir dan mati keduanya ditopang air mata Tapi kamu bisa menemukan kebahagiaan kecil yang sanggup menghapus segala duka Seperti menyaksikan sang bayi belajar mengisap puting ibunda untuk kali pertama   Bayiku mengajarkan sesuatu tentang dunia Bahwa ada perbedaan tipis Antara menyelamatkan seluruh umat manusia Dengan mengganti popok ketika dia pipis

Setengah Kata, Setengah Makna

Tadi pagi saya iseng membongkar rak buku untuk menemukan bacaan-bacaan yang sekiranya menyejukkan. Kemudian saya menemukan koleksi buku-buku Gibran yang lama, yang salah satunya berjudul Pasir dan Buih . Buku itu tipis sekali hanya 85 halaman dan ukurannya kecil. Isinya adalah semacam aforisme dari Gibran, seorang penyair asal Lebanon kelahiran 1883, tentang segala renungan mengenai kehidupan. Saya membaca kembali satu per satu dengan teliti setelah lama tidak menyentuh buku tersebut. Ternyata iya, ada beberapa aforisme yang dulu tidak saya mengerti sekarang jadi mengerti (tapi yang dimaksud dengan "mengerti" tentu saja dalam batas pemahaman saya hari ini, sepuluh tahun lagi saya baca aforisme tersebut mungkin akan sadar bahwa dahulu itu saya sebenarnya belum mengerti). Saya tuliskan disini contoh salah satunya: Setengah tuturku tanpa makna; namun kuucapkan jua, agar setengahnya lagi mencapai dirimu Untuk mengetahui bagaimana saya bisa "mengerti" aforisme

Mencari Mandela di Tengah Dunia yang Reaksioner

Di jagad Twitter, ada seseorang dengan nama akun @hafidz_ary yang barangkali bisa menjadi representasi xenophobia kontemporer. Ia menganggap orang di luar dirinya semisal orang non-muslim, orang Barat, orang sekuler, orang liberal, hingga orang yang bukan dari partai PKS, sebagai “orang asing”. Sebagaimana modus seorang xenophobic sejak ribuan tahun silam, ia berusaha rasional dalam melandasi setiap kebenciannya pada yang liyan . Namun dalam diri seorang xenophobic terang saja kerap ada cara berpikir yang sesungguhnya “melompat terlalu jauh”. Misalnya, sebuah kasus korupsi yang melanda partai non-PKS ia anggap sebagai “kegagalan kaum sekuler dalam mengurus negeri”, runtuhnya Presiden Mursi di Mesir ia anggap sebagai “Perang Agama”, dan perjuangan pahlawan Nusantara dalam melawan Belanda ia sebut sebagai “Islam vs Kristen”. Rasisme sering dianggap sebagai bagian dari xenophobia tapi dalam konteks yang lebih spesifik yakni ras. Namun apa yang dimaksud sebagai “ras” ini juga pada a

Tukang Gorengan

Selepas membeli kelapa muda, saya mendadak ingin sejenak menepi di tukang gorengan itu. Tukang gorengan yang pernah berbincang dengan saya setahun lalu tentang apa-apa yang tidak saya mengerti. Sekarang saya memutuskan untuk duduk di tempat itu lagi dengan terlebih dahulu mengatakan bahwa saya akan membeli gorengannya sebanyak lima buah untuk dimakan di tempat.  Saya mengatakan sesuatu untuk memancing dirinya bicara, yaitu kabar tentang anaknya. Dia bilang anaknya sekarang sudah ada dua yang hampir bekerja, satu hampir lulus STM, satu lagi sedang magang menjadi akuntan di satu kantor. Oh, memang anak bapak berapa? Dia jawab lima dan semuanya bersekolah. Lalu saya bertanya dengan sebuah keimplisitan a la orang modern yang selalu ingin tahu tentang "Dari mana kamu dapat uang untuk semua itu?" dengan dibungkus pertanyaan, "Oh, istri kerja, Pak?" Tukang gorengan itu menjawab, "Tidak, kalau istri bekerja, bagaimana bisa mengurus anak yang jumlahnya lima?"

Profesionalisme

Dalam Mahabharata, terdapat satu kisah yang cukup terkenal bernama Bhagavad Gita. Ini adalah cerita tentang bagaimana kegalauan Arjuna ketika akan berhadapan dengan saudara-saudaranya sendiri yaitu Kurawa. Arjuna kemudian mengadukan keluh kesahnya ini pada Dewa Krishna tentang dilema moral apakah ia sebaiknya berhenti atau meneruskan pertarungan walaupun dengan risiko membunuhi saudara-saudaranya. Jawaban Dewa Krishna adalah, "Kamu adalah prajurit, tugasmu berperang. Biarkan mencabut nyawa menjadi urusanku." Etika yang ditawarkan Bhagavad Gita cukup jelas. Moralitas tertinggi dari bekerja adalah pekerjaan itu sendiri dan bukan konsekuensi dari pekerjaannya. Ini mungkin juga semacam seruan bagi kita yang kadangkala meremehkan pekerjaan orang lain yang gajinya kecil atau punya nilai status sosial rendah di mata masyarakat. Mengacu pada apa yang diucap oleh Dewa Krishna, mereka adalah mulia jika bekerja sepenuh hati. Kemudian dunia modern mengenal konsep profesionalisme

Musik dari Dalam, Musik dari Luar

  Musik klasik adalah musik yang amat direkomendasikan sebagai dasar bagi segala jenis musik. Kita diberinya pelajaran tentang penjarian, ritem, melodi, harmoni, dinamika, penghayatan, kalimat musik, dan lain-lain secara lengkap dan komprehensif. Saya belajar musik klasik sejak sekitar lima belas tahun yang lalu dan bisa dibilang secara formal dan tersertifikasi, pengetahuan-pengetahuan yang disebutkan di atas sudah saya kuasai. Namun apakah dengan demikian saya sudah mengerti apa itu musik? Ternyata tidak sama sekali. Misalnya, saya belajar untuk mempelajari tanda-tanda dinamika dalam rangka mencapai satu penghayatan yang maksimal. Saya mengetahui segala rambu-rambu musikal mulai dari pelan, keras, semi-pelan, semi-keras, hingga gradasi dari pelan ke keras ataupun sebaliknya. Namun ketika saya main dengan musisi bermusikalitas tinggi semisal Kang Ammy Kurniawan, pengetahuan tentang tanda dinamika yang canggih itu mendadak hilang. Saya bingung luar biasa dan seperti anak baru belaj

Habitat

Agaknya setiap orang, dalam dirinya sendiri, ada keinginan untuk memperbaiki dunia agar menjadi lebih baik. Namun niat tersebut sering jatuh pada godaan utilitarian, yaitu keinginan agar orang banyak langsung mendapat manfaat secara instan dari apa yang kita pikirkan maupun lakukan. Hal ini bukannya buruk, tapi kita bisa lihat contoh bagaimana "produksi massal kebaikan" biasanya hanya akan menguap begitu saja seiring dengan histeria yang juga selesai. Seminar motivasi, parpol yang mengadakan dangdutan atau bagi-bagi sembako, Koin Prita, gerakan ribuan orang entah apa untuk meraih rekor MURI, semuanya adalah contoh betapa utilitarianisme sering ditafsirkan secara keliru. Saya sekarang akan memberi contoh dari teman-teman saya sendiri: Ada Mas Yunus yang mengajar dari SMA ke SMA sebagai guru seni rupa; Ada Ping yang juga sama-sama guru seni rupa tapi ia mengajar untuk anak-anak SD; Ada Diecky yang jadi dosen di Kalimantan; Ada Bilawa yang tinggal di Jerman, di sebuah kota k

Sejarah

  Hari-hari belakangan ini, saya sedang disibukkan dengan menulis biografi seorang sutradara senior bernama Awal Uzhara. Saya datang ke rumahnya seminggu dua atau tiga kali untuk mendengarkan bagaimana beliau bercerita tentang sejarah kehidupannya. Dari pengalaman menuliskan biografi itu, saya belajar sesuatu tentang hakikat sejarah. Pertama, dari kenyataan bahwa Pak Awal sendiri sering memilah mana yang pantas dimasukkan ke dalam sejarah dan mana yang sebaiknya dibuang saja untuk kemudian lenyap bersama semesta. Artinya, mencatat sejarah dari penutur pertama itu belum tentu bisa menggambarkan kejadian sebenarnya. Apalagi penutur yang sudah estafet hingga beberapa generasi. Harus diakui bahwa orang yang mengalami sejarah apapun, ketika itu ditransfer pada orang lain, tidak akan bisa persis akurat dengan kejadian sebenarnya baik secara detail peristiwa maupun perasaan ketika mengalami. Kang Ghani, seorang sejarawan asal UNPAD pernah berkata sesuatu tentang bagaimana ketidakmungkinan

Karena Hidupku Seperti Chekov

Semoga kamu tidak bosan jika lagi-lagi saya bercerita tentang orang tua istimewa bernama Awal Uzhara ini. Suatu hari, saya mendapat kabar mengejutkan tentang penyakit stroke yang menyerang Pak Awal. Yang mengherankan kemudian adalah keputusan dari istrinya, Ibu Susi Magdalena, yang tetap pergi ke Rusia selama tiga bulan sesuai rencana awalnya untuk semacam kepentingan studi. Maksudnya, sedemikian tegakah Ibu Susi meninggalkan sang suami yang sudah tua dan sedang sakit?  Kepergian Ibu Susi adalah hal yang sungguh sulit untuk dibayangkan karena bapak saya pernah berkata bahwa, "Mamah pergi sebentar saja, dua atau tiga hari, saya sudah banyak kebingungan." Mungkin memang begitu, jika sudah berpasangan, akan ada ketidakseimbangan ketika yang satu pergi meskipun sebentar. Apalagi untuk kasus ini, sang suami butuh dukungan besar tidak hanya moral, tapi juga bantuan-bantuan konkrit seperti dibantu bangun dari tidur, ke belakang, makan, dan sebagainya. Namun kadang kita

Imagi-Nation: Provokasi bagi Para Komposer

Ketika kawan Erie Setiawan mengirimkan buku Imagi-Nation: Membuat Musik Biasa Jadi Luar Biasa dari Yogya, saya langsung menghabiskan buku setebal kurang lebih seratus halaman itu dalam sehari. Namun bukan ketipisan buku itu yang membuat saya sanggup membaca cepat. Entah oleh sebab sang penulis, Vince McDermott, atau kelihaian sang penerjemah, yang pasti kata-kata dalam buku ini amat renyah, lincah, dan sepertinya sudah dibuat sedemikian rupa agar tidak membuat pembaca ketakutan dengan topiknya. Apa yang dibahas oleh McDermott sesungguhnya tidak semudah gaya bahasanya. Ia menyuguhkan banyak hal mendasar tentang musik yang justru merupakan topik yang tidak populer -bahkan di kalangan akademisi musik sekalipun?-. Hal yang mendasar ini bukan berarti menyoal teori atau praktik dasar dalam bermusik. McDermott memulai bukunya dengan membahas apa itu estetika, apa perbedaan estetika barat dan timur, hingga memperdebatkan apakah musik kemudian harus ditransfer kembali pada kata-kata u

Oh

    Bapak pernah berkata bahwa hidup ini adalah sekumpulan oh demi oh . Apa artinya? Katanya, nanti juga kamu mengerti. Nanti juga kamu akan mengatakan, "Oh, maksud bapak oh itu, itu toh." Karena begitulah beliau akhirnya menyadari bahwa segala ucapan kebijaksanaan akan tiada artinya jika tanpa disertai pengalaman. Ketika pengalaman tersebut pada akhirnya sejalan dengan kata-kata kebijaksanaan yang dulu pernah termentahkan oleh hatimu, ketika itu pula kamu akan mengatakan oh . "Bapak dulu pernah mengatakan jangan merokok dan minum kopi, nanti jadi bodoh," demikian bapak berujar tentang nasihat bapaknya dulu. "Kita bisa sama-sama menertawakan pendapatnya yang tidak saintifik, tapi hal tersebut di kemudian hari terbukti, setidaknya bagi saya secara personal," demikian tambah bapak. Oh . Oh , sekarang saya juga tahu kenapa bapak dulu menyuruh untuk membaca satu artikel koran setiap hari dengan imbalan seratus rupiah. Oh , sekarang saya tahu kenapa bapak s

Rasionalitas dan Teknologi

  Kemarin saya dikejutkan oleh berita tentang anak bungsunya musisi pop Ahmad Dhani, Abdul Qadir Jaelani alias Dul, yang membuat tewas lima orang akibat mobil yang dikendarainya di jalan tol. Yang lebih mengejutkan adalah kenyataan bahwa Dul masih berusia tiga belas tahun atau jauh di bawah syarat untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) . Kita tidak akan membicarakan soal bagaimana tanggungjawab Ahmad Dhani soal ini. Kita bisa lebih jauh menyalahkan teknologi yang pada perkembangannya selalu mengandung dua sisi. Di satu sisi, ia membantu kehidupan manusia karena biasanya teknologi selalu mengandaikan ke-masuk-akal-an. Dalam arti kata lain, ketika teknologi diciptakan, tentunya ia sebisa mungkin dapat diakses orang sebanyak-banyaknya dan semudah-mudahnya -Itu sebabnya mengapa gadget masa kini seolah tidak mempunyai batas usia. Karena bagi anak-anak, gadget itu masuk akal untuk mereka mainkan-. Di sisi lain, ke-masuk-akal-an itu yang justru menjadi problem ketika penilaian-pe

Blues Mati Rasa

Aku pernah berkata pada diri Hidup ini sederhana saja Jalani aturan, hindari larangan Ikuti malaikat, jauhi setan Oh, aku mengerti sekarang Itulah sebab mengapa aku tak sanggup memainkan blues Aku bekerja sepanjang hari Menghitung uang apakah sebanding dengan peluh yang terbuang Kutatap masa depan dengan sinar mata cemerlang Kehidupan jelas terbentang diterangi oleh senter tabungan Oh, aku mengerti sekarang Itulah sebab mengapa aku tak sanggup memainkan blues Aku pernah berpikir tentang kematian Tentang duka nestapa dan penderitaan Tapi kubiarkan mereka terbenam Dalam derap langkah keseharian Oh, aku mengerti sekarang Itulah sebab mengapa aku tak sanggup memainkan blues Aku mencari Tuhan kesana kemari Kemari kesana Hingga berkesimpulan Tak mungkin Tuhan ada Oh, aku mengerti sekarang Itulah sebab mengapa aku tak sanggup memainkan blues

Metallica dan Saya

  Pertama kali saya mendengar nama "Metallica" adalah ketika SD. Waktu itu, kakak saya mewartakan kegembiraannya setelah membeli  Black Album   dengan harga Rp. 3.000. Katanya, "Album Metallica ini keren sekali. Coba lihat sampulnya. Seperti yang hitam pekat kan? Padahal ada gambar ularnya!" Setelah itu saya lupa sama sekali tentang Metallica hingga akhirnya pada masa SMP, saya menemukan majalah HAI edisi khusus membahas Metallica. Jadi, pertemuan pertama saya dengan Metallica tidak lewat musiknya terlebih dahulu, melainkan dengan mula-mula ikut-ikutan kakak saya dan membaca sejarahnya.  Kaset Metallica yang saya beli pertama kali adalah Ride The Lightning . Album tersebut dibeli di Yogya ketika study tour bersama teman-teman satu angkatan. Saya, yang waktu itu kelas 2 SMP, sangat terkejut dengan kecepatan band ini sejak dari track pertamanya yang berjudul Fight Fire with Fire . Padahal dalam lagu tersebut, saya dibuai dengan petikan gitar akustik yang lembut

30hari30film: Barry Lyndon (1975)

29 Ramadhan 1434 H Barry Lyndon (1975) adalah film yang disutradarai oleh Stanley Kubrick, yang mengadaptasi novel berjudul The Luck of Barry Lyndon tahun 1844 dan ditulis oleh William Makepeace Thackeray. Barry Lyndon adalah filmnya yang kesepuluh dari total tiga belas film yang ia sutradarai sepanjang hidupnya. Berdurasi 184 menit, Barry Lyndon dibintangi oleh Ryan O'Neal, Marisa Berenson, dan Patrick Magee. Salah satu yang terkenal dari Barry Lyndon adalah visualisasi memukau yang ditampilkan oleh Kubrick. Pencahayaan alami, pemilihan kostum, interior ruangan, hingga pemajangan lukisan, membuat film yang mengambil latar di abad ke-18 ini tampak sangat artistik.  Barry Lyndon bercerita tentang seorang pria bernama Redmond Barry (Ryan O'Neal) yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan status sosialnya. Perbuatannya ini bukannya tanpa dasar. Sedari kecil, ia sudah ditinggal ayahnya yang meninggal akibat duel pistol. Pada masa remaja, ia menyukai saudara se

30hari30film: Pengkhianatan G 30 S / PKI (1984)

30 Ramadhan 1434 H Barangkali film Pengkhianatan G 30 S / PKI (1984) adalah film lokal yang paling banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia. Dari sejak kemunculannya di tahun 1984 hingga berakhirnya rezim pemerintahan Orde Baru di tahun 1998, film tersebut tidak pernah absen diputar setiap tanggal 30 September. Bahkan anak-anak sekolah di masa pemerintahan Soeharto diwajibkan menonton film yang disutradarai Arifin C. Noor tersebut. Sebagai film yang belakangan diganti statusnya menjadi film propaganda -alih-alih film sejarah-, pengaruhnya pun terbilang cukup sukses. Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Tempo pada September tahun 2000, didapatkan data bahwa 1.110 pelajar SMA di tiga kota (Surabaya, Medan, dan Jakarta) menganggap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ajaran komunisme adalah hal yang sangat berbahaya. Film Pengkhianatan G 30 S / PKI yang berdurasi hampir empat jam ini, bercerita tentang detail penculikan dan penyiksaan para Jenderal Angkatan Darat. Tidak hany

30hari30film: Pather Panchali (1955)

28 Ramadhan 1434 H Pather Panchali dibuat dengan dana yang relatih rendah yakni US $ 3000. Tapi di tangan sutradara Satyajit Ray yang banyak terpengaruh oleh Neorealisme Italia, film yang berpusat pada seorang anak bernama Apu tersebut menjadi film yang berkualitas. Meski film tersebut adalah film pertamanya dan diperankan oleh aktor-aktor non-profesional, Pather Panchali -yang merupakan bagian pertama dari trilogi yang biasa disebut dengan Apu Trilogy -, meraup respon positif dan diakui oleh sutradara ternama Hollywood, Martin Scorsese, sebagai film favoritnya. Pather Panchali  sering disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa.  Dengan kualitas visual yang seadanya, Pather Panchali bercerita tentang kehidupan Apu (Subir Banerjee) dan keluarganya yang miskin. Apu, bungsu dari dua bersaudara (kakaknya bernama Durga), dibesarkan oleh ayah yang bekerja sebagai pendeta tapi juga masih menyimpan harapan untuk menjadi pujangga. Meski pendapatan ayahnya tersebu

30hari30film: Malcolm X (1992)

27 Ramadhan 1434 H Malcolm X  (1992) adalah film yang menceritakan tentang biografi pejuang orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat bernama Malcolm X. Film yang disutradarai oleh Spike Lee tersebut menampilkan akting Denzel Washington yang sangat baik dalam memerankan tokoh yang lahir di tahun 1925 ini. Film Malcolm X , yang berdurasi lebih dari tiga jam, cukup lengkap dalam menceritakan kejadian-kejadian penting dalam kehidupan orang yang bernama asli Malcolm Little tersebut.  Film dimulai dari bagaimana Malcolm Little digambarkan mempunyai masa kecil yang traumatik karena keluarganya yang berkulit hitam kerapkali diteror oleh kelompok rasialis bernama Ku Klux Klan. Ayah Malcolm digambarkan sebagai pendeta yang mengajak jemaatnya untuk kembali ke tanah kelahirannya di Afrika. Katanya, Amerika Serikat bukanlah tempat yang aman bagi kita semua. Rupanya rasialisme yang diterima Malcolm sejak kecil ini membentuk kepribadiannya ketika beranjak dewasa. Ia berkarir di Nation of

30hari30film: Superman: The Movie (1978)

26 Ramadhan 1434 H Superman: The Movie (1978) adalah film tentang Superman, tokoh ciptaan Jerry Siegel dan Joe Shuster yang terlebih dahulu terkenal lewat komik. Tokoh Superman sudah malang melintang sejak tahun 1938. Meski demikian, ia baru mampu diwujudkan di layar kaca lima puluh tahun kemudian dengan Christopher Reeves berperan sebagai Superman -tentunya penantian lima puluh tahun ini terkait dengan pertimbangan teknologi-. Superman: The Movie disutradarai oleh Richard Donner dan skenarionya ditulis oleh Mario Puzo, David dan Leslie Newman, Robert Beriton, dan Tom Mankiewicz. Selain Christopher Reeve, Marlon Brando dan Gene Hackman ikut berperan sebagai Jor-El dan Lex Luthor. Superman: The Movie diawali dari keadaan Planet Krypton yang berada di ujung kehancuran. Salah seorang penghuninya, Jor El (Marlon Brando), sempat menyelamatkan anaknya yang masih kecil, Kal El, dengan mengirimkannya ke Planet Bumi sebelum Planet Krypton akhirnya musnah. Di Bumi, Kal El mempunyai

30hari30film: The Beach (2000)

25 Ramadhan 1434 H The Beach  (2000) adalah film yang disutradarai oleh Danny Boyle dan bercerita tentang kehidupan di sebuah pantai "rahasia". Di pantai tersebut, sebuah komunitas kecil hidup sebagai bentuk pelarian dari kehidupan perkotaan yang menjemukan. Film yang dibintangi oleh Leonardo di Caprio, Virginie Ledoyen dan Guillaime Canet ini mengambil latar di Pulau Phi-Phi di wilayah Phuket, Thailand.  Motivasi Richard (Leonardo di Caprio) menyeberang ke pantai rahasia tersebut diawali dari keinginannya untuk bertualang di Thailand. Ia menginginkan sebuah petualangan yang benar-benar menantang dan tidak ditopang oleh rasa aman. Keinginannya ini terjawab lewat peta yang diberikan oleh Daffy (Robert Carlyle). Setelah memberikan peta, Daffy bunuh diri dan meninggalkan rasa penasaran dalam diri Richard untuk benar-benar menemukan pulau yang tertera dalam peta tersebut. Ia mengajak kedua turis lainnya, Françoise (Virginie Ledoyen) dan Étienne (Guillaime Canet) untu

30hari30film: Metal: A Headbanger's Journey (2005)

24 Ramadhan 1434 H Metal: A Headbanger's Journey adalah film dokumenter yang bercerita tentang musik metal. Segala tetek bengek tentang musik yang konon dipelopori oleh Black Sabbath tersebut, dibahas oleh Sam Dunn dari aspek keilmuannya sebagai seorang antropolog. Sam, yang menyukai musik metal sejak usia dua belas tahun, mengajak penonton untuk mengenali bahwa metal adalah sebentuk identitas kultural -yang dalam konteks urban bisa dianggap sebagai sebuah kebudayaan tersendiri-.  Dalam Metal: A Headbanger's Journey , kita diajak untuk terlebih dahulu mencari akar paling keras dari musik metal. Setelah melalui wawancara disana-sini, maka Sam mendapatkan kesimpulannya: Black Sabbath adalah pelopornya. Suara gitar yang katanya mempunyai interval tritonus -konon interval tersebut "dekat dengan iblis"- menjadi fundamen dasar musik metal yang mula-mula diletakkan oleh band asal Birmingham tersebut. Kemudian Sam berkeliling ke berbagai negara untuk mendapatkan fa

30hari30film: Wedding Dress (2009)

23 Ramadhan 1434 H Wedding Dress (2009) adalah film Korea (Selatan) lainnya yang bertema tragedi. Disutradarai oleh Kwon Hyeong-Jin, film ini bercerita tentang seorang anak bernama So-ra (Kim Hyang Gi) yang menghabiskan waktu bersama ibunya, Go-eun (Song Yun Ah), di hari-hari terakhir hidupnya. Sejak sang ibu divonis kanker rahim, hubungan keduanya berubah menjadi jauh lebih erat. Tadinya, Go-eun lebih banyak menghabiskan waktu di pekerjaannya sebagai perancang gaun sedangkan So-ra lebih sering diurus oleh bibinya.  Wedding Dress adalah film yang menarik karena kita dimanjakan oleh akting Kim Hyang Gi yang sanggup menampilkan sisi jenaka dan memilukan sekaligus. Meski pemicu konflik sebenarnya terletak pada penyakit yang diderita oleh sang ibu, namun yang menjadi sentral film adalah bagaimana dinamika perasaan So-ra ditampilkan. Kita bisa jadi merasa sedih bukan disebabkan oleh kepergian Go-eun, melainkan bagaimana seorang So-ra, yang lugu, menyikapi tragedi ini dengan ketegara

30hari30film: Death Proof (2007)

22 Ramadhan 1434 H Death Proof adalah film yang disutradari oleh Quentin Tarantino dan ambil bagian dalam paket bernama Grindhouse . Dalam paket Grindhouse tersebut, selain Death Proof , terdapat film lain yakni  Planet Terror yang disutradarai oleh Robert Roriguez -agaknya Tarantino dan Rodriguez meniru gaya pemutaran jaman dahulu yang sering memaketkan dua film dalam satu pertunjukkan-. Keduanya sama-sama film yang tidak mementingkan isi cerita. Mereka berdua sebagai sutradara "spesialis B-movie" sedang ingin bermain-main dengan segala aspek yang biasa ada di film-film kelas dua seperti titik berat pada seks dan kekerasan. Hal tersebut kemudian ditunjang dengan visualisasi yang sengaja dibuat buruk seolah-olah film berkualitas rendah. Death Proof bisa saja dikategorikan sebagai slasher film karena berkaitan dengan pembunuhan demi pembunuhan saja. Tapi kejeniusan Tarantino terlihat dari bagaimana ia menciptakan figur pembunuh berantai yang tidak umum. Alih-alih dengan

30hari30film: Jackie Brown (1997)

21 Ramadhan 1434 H Jackie Brown adalah film ketiga yang disutradarai oleh Quentin Tarantino. Tarantino, seperti biasa, menyukai tema kriminal dan kekerasan yang ditampilkan dengan visualisasi a la film "kelas B". Meski terkesan murahan, film-film Tarantino tidak lantas kehilangan pengakuan baik dari penggemar maupun kritikus. Terbukti  Jackie Brown meraih keuntungan besar secara finansial dan salah satu aktornya, Robert Forster, dinominasikan meraih Piala Oscar tahun 1998 untuk Aktor Pendukung Terbaik. Jackie Brown bercerita tentang Jackie Brown (Pam Grier), perempuan yang berupaya untuk menyelundupkan uang pada pedagang senjata bernama Ordell Robbie (Samuel L. Jackson). Kemudian situasi menjadi pelik ketika Jackie tertangkap oleh detektif bernama Ray Nicolet (Michael Keaton) dan Mark Dargus (Michael Bowen). Ia menjadi bagian dari permainan besar antara Ordell, Ray dan Mark sendiri, plus Max Cherry (Robert Forster) dan Louis Gara (Robert de Niro). Upaya transaksi ant

30hari30film: Brazil (1985)

20 Ramadhan 1434 H Terry Gilliam, sutradara film Brazil (1985), adalah anggota grup komedi terkenal asal Inggris bernama Monty Python. Kegilaannya tersebut tidak hanya disalurkan lewat Monty Python, melainkan juga melalui film-film yang ia sutradarai sejak tahun 1975. Hampir keseluruhan filmnya mengambil tema fantasi, futuristik, psikedelik, dan surealistik -tentu saja termasuk Brazil , filmnya yang keempat-. Film yang dibintangi oleh Jonathan Pryce, Robert de Niro, Kim Greist, dan Michael Palin ini mengambil tema masa depan yang distopis. Film Brazil berpusat pada Sam Lowry (Jonathan Price) yang berupaya mencari perempuan yang kerap hadir dalam mimpinya. Mimpinya tersebut menjadi semacam pelarian dari hidupnya yang berat: Bekerja di pangkat rendah, keadaan rumah yang mengkhawatirkan, dan situasi kota yang kompleks. Lowry punya peluang untuk menemukan perempuan dalam mimpinya yang diketahui bernama Jill Layton (Kim Greist), dengan bekerja pada kantor informasi. Lowry, di t

30hari30film: For a Few Dollars More (1965)

19 Ramadhan 1434 H For a Few Dollars More (1965) adalah film yang disutradarai oleh Sergio Leone dan merupakan bagian kedua dari trilogi yang disebut sebagai Dollars Trillogy - yang pertama berjudul A   Fistful of Dollars , yang ketiga berjudul The Good, The Bad, and The Ugly -. Trilogi yang ketiganya menampilkan Clint Eastwood sebagai Koboi Tanpa Nama tersebut sering disemati label genre bernama  spaghetti western. Spaghetti western berarti film "koboi rasa Italia" -merujuk pada kualitas film koboi yang mumpuni seringkali justru ada di tangan sutradara Italia daripada Amerika!-. Ketiga film tersebut selain dikenal karena akting Eastwood yang epik, juga disebabkan oleh musik garapan Ennio Morricone yang untuk ukuran masa itu terbilang mutakhir. For a Few Dollars More , sebagaimana film koboi pada umumnya, tidak punya cerita yang istimewa. Isinya seputar uang, bandit, perempuan, sheriff , pembunuh bayaran, serta adegan tembak-tembakan. Ceritanya adalah tentang dua