Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Ultras dan Fundamentalisme

Kapten Genoa, Marco Rossi, mengumpulkan kaos rekan-rekan satu timnya yang diminta dilepas oleh Ultras.   Saya tidak pernah betul-betul memperhatikan gerak-gerik Ultras , sampai kemarin mendengar berita tentang pergerakannya di Stadion Luigi Ferraris, markas Genoa. Akibat tertinggal 0-4 dari Siena, Ultras mengamuk dan memaksa para pemain Genoa melepas kaosnya. Alasannya, mereka tak pantas memakai kaos tersebut setelah permainannya dicap terlalu buruk. Walhasil, satu per satu pemain mencopot kaosnya, beberapa diantaranya menangis karena merasa menyesal maupun terhina.  Tifo . Karya khas dari Ultras.   Ultras dikategorikan sebagai kelompok pendukung sepakbola yang fanatik. Fanatiknya seperti apa, ada beberapa ciri. Selain akrab dengan barang bawaan seperti flare atau obor, mereka kerap membuat tifo , semacam rangkaian kertas yang dipegang oleh masing-masing suporter, tapi jika dilihat dari kejauhan bisa berupa gambar atau tulisan yang  besar. Tidak semua Ultras menggunakan ka

Kota dan Alienasi

Mari kita langsung pada pokok persoalan: Apa itu alienasi? Mengapa penduduk kota banyak yang mengalami alienasi? Alienasi, sebagaimana sering disinggung Marx, adalah keadaan dimana seseorang terasing baik dengan lingkungannya maupun dengan dirinya sendiri. Kata Marx, ini merupakan keadaan yang sering diterima para buruh. Tekanan kapitalisme menyebabkan mereka hanya menjadi objek. Bekerja dan bekerja sebagaimana mesin-mesin pabrik yang tak tahu bagaimana memberi makna. Singkatnya, manusia yang teralienasi mengalami kegagalan dalam berafeksi, mengisi diri, dan menghayati “yang sublim”-spiritual. Shalat bisa saja dilakukan secara rutin, namun belum tentu yang demikian membawa kita pada kedalaman batin. Shalat, jika tidak direnungkan, dapat menjadikan seseorang teralienasi juga. Namun shalat agaknya diarahkan pada mulanya justru untuk menghindari alienasi. Ketika seseorang tenggelam dalam padatnya rutinitas, agama menyediakan sarana untuk mengambil jarak dan beristirahat. Meski pamor agam

Eyes Wide Shut (1999): Absurditas Seksual untuk Melawan yang Normal

Eyes Wide Shut (1999): Absurditas Seksual Sebelum menonton film tersebut, saya beberapa kali mendengarkan komentar miring bahwa Eyes Wide Shut adalah film Stanley Kubrick yang paling biasa-biasa saja. Perbandingannya tentu saja dengan magnum opus semisal 2001: A Space Odyssey , Clockwork Orange , atau Full Metal Jacket . Namun setelah menontonnya, saya tidak sependapat. Karya terakhir Kubrick itu juga magnum opus ! Film yang diperankan oleh Tom Cruise dan Nicole Kidman itu menceritakan tentang pasangan yang segalanya serba normal dan baik-baik saja. Bill Harford dan Alice adalah suami istri beranak satu dengan kehidupan cukup mapan. Sampai suatu hari, ketika keduanya tengah mengisap ganja bersama, tiba-tiba mengalir fantasi seksual masa lampau dari Alice dengan seorang pria berseragam angkatan laut. Bill agaknya kaget dengan pengakuan ini. Ia pikir kehidupannya terlalu normal untuk dibumbui pikiran-pikiran banal seperti yang diungkap istrinya. Cerita se