Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya? Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.
Michael Corleone, seperti yang diperankan Al Pacino dalam film The Godfather , adalah sosok yang mendapat penghargaan sebagai salah satu iconic villain oleh American Film Institute. Pemilihan Michael sebagai villain mungkin tidak disetujui semua orang. Bagi saya sendiri, ia seorang jagoan, ia protagonis. Michael adalah family man sekaligus juga tragic hero . Ini bukan interpretasi saya yang berlebihan, tapi tidakkah dalam film, Michael memang digambarkan sebagai seorang tokoh utama? Tidakkah kerajaan Corleone, dengan tetek bengek bisnis "haram" di luar sana, tetap digambarkan sebagai keluarga yang hangat dan menjunjung tinggi harga diri? Di film yang lain ada Travis Bickle (Diperankan dengan luar biasa oleh Robert de Niro dalam film Taxi Driver ). Travis adalah seorang supir taksi yang punya kegelisahan akan lingkungan sekitar. Ia merasa bahwa ia harus merubah keadaan. Keterbatasannya sebagai seorang supir taksi tidak menjadi persoalan. Travis membeli senjata, menembaki si