Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Guru Spiritual

    Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual.  Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala

Filsafat Ngopi

(Ditulis sebagai suplemen diskusi "Flaneur #1 - Filsafat Ngopi", 16 September 2019 di Jali Book Cafe, Karawang) “Ngopi”, “Ngopi”, dalam kultur masyarakat kita, tidak selalu tentang minum kopi dalam artian sebenarnya. Istilah “Ngopi yuk” itu bisa saja ajakan untuk minum teh, merokok, atau bahkan makan gorengan! Tapi hal yang pasti, ngopi adalah ajakan untuk menghabiskan waktu luang, bersantai, dan keluar dari suasana formil. Kata formil yang disebut terakhir tadi menarik untuk dibahas. Suasana formil adalah suasana yang serius dan baku.  Untuk apa manusia menciptakan suasana formil? Mungkin, dalam suasana formil, segala sesuatu menjadi lebih kredibel dan bermartabat. Misalnya, seorang dokter, ketika menyampaikan diagnosa, tidak bisa sambil merokok dan makan gorengan. Selain kontradiktif dengan keilmuan medisnya, hal demikian juga akan menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap ucapan si dokter. Atau, lainnya, seorang hakim, saat membacakan putusan, apakah etis j

Neraka itu Tentang Segala Sesuatu yang Memudar

Catatan tentang Pertunjukan Hades Fading , NuArt Sculpture Park, 30 Agustus 2019  Sebelum membicarakan pertunjukan Hades Fading , saya merasa harus mengekspresikan kekaguman pada kebudayaan "Barat" - atau bahasa ilmiahnya, Indo-Arya -, oleh sebab mitologinya yang begitu rumit dan sistematis. Mitologi Yunani adalah salah satu contohnya, selain yang saya tahu, Skandinavia, yang memperlihatkan suatu tesis asal muasal mengapa "Barat" kemudian menjadi punya cara pikir yang menuntut bangunan argumentasi yang jernih sekaligus kokoh.   Mitologi Yunani dibangun oleh cerita yang banyak dan bertalian satu sama lain. Cerita yang umumnya sampai ke kita, misalnya tentang Zeus, Hades, dan Poseidon, adalah bagian kecil dari semesta mahabesar yang salah duanya tertuang dalam tulisan Homer yang berjudul Iliad dan Odyssey . Kita bisa menemukan cerita lain seperti kisah para manusia setengah dewa macam Hercules, Perseus, Theseus, atau Achilles. Serta para raksasa