(Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”. Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan. Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...
(Ditulis sebagai suplemen diskusi "Manusia Paripurna", 28 Juli 2019 di Rumah Komuji) Ketika membicarakan tentang konsep "manusia paripurna", agaknya tidak banyak tokoh dalam filsafat Barat yang membicarakannya secara gamblang. Kebanyakan dari mereka menyisipkannya dalam suatu pemikiran tentang etika, mengenai nilai-nilai yang seyogianya dipegang oleh manusia. Misalnya, Aristippus menganggap bahwa kebaikan tertinggi dimulai dari kepuasan ragawi. Sementara Diogenes sebaliknya, kebaikan tertinggi adalah penolakan terhadap kemelekatan dan sikap sinis pada dunia. Atau jika melompat ke zaman Pencerahan di abad ke-18, Immanuel Kant mengatakan bahwa kebaikan tertinggi seyogianya mengandaikan bahwa apa yang kita lakukan punya maksim universal. Namun seorang filsuf di era antara romantik dan modern ada yang dengan berani bicara tentang "manusia paripurna". Namanya Friedrich Nietzsche (1844 - 1900) dan ia bicara tentang konsep übermensch atau...