Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2010

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Main Bersama Kappalettas

Suatu selasa tanggal 25 kemarin, saya diberangkatkan ke Jakarta naik travel. Jam travelnya cukup malam, yakni jam 19.45. Ada apa gerangan? Saya ternyata mesti main gitar tiga lagu, untuk sebuah kelompok telegram bernyanyi bernama Kappalettas. Dan jam mainnya tidak lazim, yakni menjelang tengah malam. Soal Kappalettas saya pernah menulis sebelumnya , namun saat itu status saya adalah "korban", sedangkan sekarang, saya terlibat dalam Kappalettas sebagai "terdakwa", atau lawannya korban apa ya? Pokoknya kamilah yang mendatangi si korban. Kappalettas ini adalah kelompok telegram bernyanyi. Jadi kau bisa memesan lagu apa saja (betul nih apa aja, Mba Niken?) untuk kemudian dikirimkan pada target yang kau inginkan. Nantinya si target akan menerima lagu darimu, beserta pesan-pesan lain jika ada, dan boleh juga dengan coklat serta bunga. Yang menarik adalah, lagu dimainkan secara live, memakai format gitar serta vokal (ada biola dan cello sebenarnya, tapi sejauh ini beberapa

Islam (2)

  "Semua agama baik, tapi tidak semua agama benar." Di masa kecil saya, sering terngiang kalimat itu, yang keluar dari mulut tante. Kalimat tersebut mengacu pada agama Islam yang kami anut. Saya pikir itu kalimat keren, bijaksana, dan membuat pelbagai persoalan keagamaan menjadi sangat jelas. Ini adalah kalimat tegas dan anti-pluralisme, membuat asing segala yang liyan. Memicu pandangan untuk menilai the others sebagai sesat dan hina. Rendah. Beranjak besar, lagi-lagi kalimat itu semakin terfalsifikasikan. Ini terpicu oleh pergaulan saya yang banyak diantaranya adalah non-muslim, terutama dari kalangan musik klasik. Saya melihat budi baiknya, keyakinannya akan agama yang dia anut, serta toleransi antar beragamanya, membuat saya berpikir, "masa sih mereka-mereka ini termasuk orang 'bersalah', dan maka itu masuk ke neraka?" Saya semakin bulat menyatakan bahwa semua agama juga benar dan membenamkan jauh-jauh kalimat si tante, terutama setelah masuk bangku kuli