Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Pembebasan

Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya?  Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.

Kafe dan Perangkap Eksterior

"I look at the world and I see absurdity all around me. People do strange things constantly, to the point that, for the most part, we manage not to see it. That's why I love coffee shops and public places – I mean, they're all out there." - David Lynch Ketika berlebaran di Jakarta kemarin, saya mencuri dua hari (dari total enam) untuk nongkrong di dua kafe di dua mal yang berbeda. Alasannya, pertama, saya harus menyelesaikan sejumlah deadline ketikan, dan menganggap bahwa kafe adalah tempat yang cocok -terutama karena ada wi-fi -. Kedua, sudah lama saya tidak ngafe. Sekalian bersantai, saya juga ingin melebur dengan aktivitas masyarakat urban (yang konsumtif). Setelah mengantri dua puluh menit di Starbucks, saya memesan Frappuccino -yang setelah melalui sedikit googling , ternyata adalah minuman khas milik Starbucks yang membuat mereka menjadi terkenal ke seluruh dunia-. "Ukuran apa?" tanya kasir. Saya jawab mantap, " Venti ." Saya memang tid