Pada tulisan ini, saya Syarif Maulana, akan menjabarkan kronologi selengkap-lengkapnya tentang segala proses berkaitan dengan kasus dugaan kekerasan seksual yang dituduhkan pada saya tanggal 9 Mei 2024 di media sosial X. Tuduhan tersebut menjadi viral dan menyebabkan saya dipecat dari berbagai institusi, tulisan-tulisan diturunkan dari berbagai media, buku-buku dicabut dari penerbitan, dan dikucilkan dari berbagai komunitas filsafat, termasuk komunitas yang saya bangun sendiri, Kelas Isolasi. Penulisan kronologi ini dilakukan dalam rangka menjelaskan duduk perkara dan perkembangan kasus ini pada publik berdasarkan catatan dan dokumentasi yang saya kumpulkan. Tuduhan kekerasan seksual (selanjutnya akan disingkat KS) kepada saya dimulai pada tanggal 9 Mei 2024, dipicu oleh cuitan dari akun @flutuarsujet yang menuliskan “... katanya dia pelaku KS waktu di Tel**m, korbannya ada lima orang …”. Kata “Tel**m” tersebut kemungkinan besar mengacu pada Telkom University, tempat saya bekerja seb
Edmund Husserl (1859-1938), seorang matematikawan asal Jerman, suatu hari pernah merumuskan demikian: Bahwa dunia keilmuan masa itu, dengan segala dalil subjek-objeknya, justru telah gagal menjelaskan dunia keseharian (lebenswelt ). Ilmu positif telah gagal menjelaskan pernyataan-pernyataan personal seperti, "Hari yang sendu," "Air yang suci," "Cinta yang mendalam," hingga "Tuhan yang dekat denganku." Para saintis lupa bahwa dalam dunia keseharian, apa yang dialami oleh subjek sebagai ada, itu justru yang lebih esensial ketimbang dunia yang dikonstruksi oleh distingsi subjek-objek yang miskin. Pak Bambang pernah mencontohkan pemikiran Edmund Husserl ini dengan sangat baik. Bahwa air, bagi dunia positif dirumuskan dalam H20. Tapi fenomenologi (ilmu yang kemudian dikembangkan oleh Husserl), mengatakan bahwa sah-sah saja jika air kemudian mempunyai makna yang berbeda-beda bagi individu yang berbeda-beda pula. Air bisa sangat luas, bisa sangat perso