Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2011

Tentang Perempuan Bernama NK

Pada tanggal 21 Agustus 2024, seorang perempuan, mantan mahasiswi, menjangkau saya via DM Instagram untuk mengucapkan simpati atas hal yang menimpa saya. Singkat cerita, kami berbincang di Whatsapp dan janjian untuk berjumpa tanggal 6 September 2024 di Jalan Braga. Tidak ada hal yang istimewa. Dia sudah punya pacar dan juga memiliki mungkin belasan teman kencan hasil bermain dating apps .  NK baru saja bercerai dengan membawa satu anak lelaki. Dia adalah mahasiswi yang saya ajar pada sekitar tahun 2016 di sebuah kampus swasta. Dulu saya tidak punya perhatian khusus pada NK karena ya saya anggap seperti mahasiswa yang lainnya saja. Namun belakangan memang dia tampak lebih bersinar karena perawatan diri yang sepertinya intensif. Selain itu, bubarnya pernikahan selama sebelas tahun membuatnya lebih bebas dan bahagia. Sejak pertemuan di Jalan Braga itu, saya tertarik pada NK. Tentu saja NK tidak tertarik pada saya, yang di bulan-bulan itu masih tampak berantakan dan tak stabil (fisik, ...

KlabKlassik Edisi Playlist: Merayakan Runtuhnya Subjek-Objek

Edmund Husserl (1859-1938), seorang matematikawan asal Jerman, suatu hari pernah merumuskan demikian: Bahwa dunia keilmuan masa itu, dengan segala dalil subjek-objeknya, justru telah gagal menjelaskan dunia keseharian (lebenswelt ). Ilmu positif telah gagal menjelaskan pernyataan-pernyataan personal seperti, "Hari yang sendu," "Air yang suci," "Cinta yang mendalam," hingga "Tuhan yang dekat denganku." Para saintis lupa bahwa dalam dunia keseharian, apa yang dialami oleh subjek sebagai ada, itu justru yang lebih esensial ketimbang dunia yang dikonstruksi oleh distingsi subjek-objek yang miskin. Pak Bambang pernah mencontohkan pemikiran Edmund Husserl ini dengan sangat baik. Bahwa air, bagi dunia positif dirumuskan dalam H20. Tapi fenomenologi (ilmu yang kemudian dikembangkan oleh Husserl), mengatakan bahwa sah-sah saja jika air kemudian mempunyai makna yang berbeda-beda bagi individu yang berbeda-beda pula. Air bisa sangat luas, bisa sangat perso...

Dari Kakek pada Cucunya

Baguslah nak, kau suka sepakbola. Kau rajin begadang hingga terlambat sekolah. Sekarang duduklah disini di teras sambil menanti partai malam ini. Kakek akan cerita tentang tim terbaik sepanjang masa. Kau, nak, tak mungkin tak tahu Barcelona, (secara) itu tim favoritmu. Barcelona hari ini, selalu kalah dari Real Madrid. Mereka kerap berperingkat dua. Akan kakek ceritakan bagaimana Barcelona dahulu, tahun 2000-an kala kakek muda. Mereka bukan pesepakbola, nak. Mereka adalah sekelompok anak muda yang bermain bola bersama. Kau tahu bedanya? Ya, mereka mencintai permainannya. Hati mereka ada di kaki-kakinya. Kakek ingat bagaimana mereka masa itu berjaya. Madrid mengeluarkan triliunan rupiah namun tetap sulit menumbangkannya. Kakek ingat masa itu ada pemain bernama Cristiano Ronaldo dari Madrid yang belagunya minta ampun. Ia sempat jadi pemain terbaik dunia, namun di hadapan putra-putra Catalonia ia nyaris tak berdaya, kalau kakek boleh sebut tak bernyawa. Pelatihnya bernama Pep Guardiola ya...

Masih Pentingkah Sekolah?

  Jika bicara sekolah, maka kita sepakat sedang membicarakan suatu lembaga pendidikan. Namun membicarakan sekolah juga, mesti disepakati kita tengah membicarakan unsur yang mana, berhubung sekolah bukanlah sejenis persona, melainkan suatu sistem besar dan rumit. Isinya ada administrasi, fasilitas, staf, guru-dosen, siswa-mahasiswa, sistem belajar mengajar, sistem kelulusan, dan lain sebagainya. Sekolah di Indonesia juga jelas berbeda dengan sekolah di Prancis misalnya, dalam banyak segi. Dalam tulisan ini, ketika saya menyebut kata "sekolah", maka saya bermaksud membicarakan sistem belajar mengajar dan sistem kelulusannya. Dan berhubung saya tidak banyak tahu tentang sekolah di luar Indonesia, maka taruhlah setiap kata sekolah adalah mengacu pada sekolah di Indonesia. Selesai menamatkan strata satu dan strata dua dalam beberapa tahun terakhir ini, saya mulai merenungkan arti sekolah. Apa pentingnya? Adakah saya bertambah pintar, sesuai cita-cita dulu saya masuk SD pertama kal...