Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen

Judul Buku: Filsafat Komunikasi: Dari Sokrates hingga Buddhisme Zen Genre: Filsafat Penulis: Syarif Maulana Penerbit: Publika Edu Media ISBN: 978-602-71415-2-0 Tahun Terbit: 2015 Jumlah Halaman: 134 Harga: Rp. 45.000 Ulasan: Ilmu komunikasi, meski relatif baru mengemuka sebagai wacana akademik -posisinya sering tenggelam oleh reputasi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial-, namun sebenarnya ia sudah dipelajari jauh ratusan tahun sebelum masehi. Para filsuf dari Yunani dan Romawi seperti Sokrates, Aristoteles, hingga Cicero, masing-masing mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang seputar penyampaian pesan. Dalam buku ini, kita akan berpetualang menjelajahi khazanah pemikiran mulai dari zaman kuno, modern, hingga ke Timur. Ziarah ini akan membawa kita pada suatu kesadaran bahwa komunikasi bukan sekadar suatu ilmu tempelan yang bisa dipelajari dalam hitungan bulan. Komunikasi punya filsafatnya sendiri. Tajam dan menukik hingga ke kedalaman. Testimoni: Buku ini c

Riwayat yang Membosankan: Intelektualisme dan Menara Gading

    Awal Maret kemarin, saya membaca salah satu cerpen dari Anton Chekhov yang berjudul Riwayat yang Membosankan . Seperti halnya Ruang Inap no. 6 –cerpen Chekhov lain yang kebetulan sudah saya tamatkan-, Riwayat yang Membosankan adalah cerpen yang tidak pendek (sekitar sembilan puluh halaman). Diseling berbagai kesibukan di kampus yang membuat waktu untuk membaca menjadi sedikit, cerpen tersebut berhasil saya tamatkan dengan susah payah ketika bulan berganti menjadi Mei.  Setelah membaca Riwayat yang Membosankan , ada perasaan hening panjang yang tidak mengenakkan. Alasannya adalah ini: Isi dari cerpen tersebut adalah tentang kisah hidup seorang profesor kedokteran bernama Nikolai Stepanich, yang amat jemu dengan hidupnya, dan memandang segala sesuatu dengan pesimistis. Apa yang membuatnya muak, salah satunya, adalah kehidupan akademik dengan segala intelektualisme (bukan intelektualitas)-nya. Ini tentu saja menjadi teguran untuk saya yang menunda-nunda membaca cerpen ini