Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual. Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala
Setelah tandas membaca Taiko yang tebalnya 1140 halaman, saya coba cari novel yang sekiranya tidak terlalu berat untuk diselesaikan. Akhirnya saya temukan novel ini: Dwilogi Padang Bulan karya penulis Andrea Hirata yang naik daun oleh sebab Laskar Pelangi -nya. Saya belum membaca novel dia yang manapun. Ini adalah yang perdana. Hanya dua hari saya perlukan untuk menyelesaikan kedua buku yang terkemas dalam dwilogi Padang Bulan yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas . Tidak ada kerut kening atau membulak-balik halaman ke belakang untuk menyusun kepingan memori karena tertumpuk alur atau penokohan yang kompleks. Teknik bercerita Andrea sangat mengalir, ringan, dan tak jarang membuat saya menyunggingkan senyuman. Senyum ini bisa disebabkan oleh hal yang memang mengandung kejenakaan, bisa juga karena saya tak habis pikir: Mengapa bisa tulisan semacam ini jadi seperti apa yang dicapkan di sampul depannya: Mega Bestseller -Terjual 25.000 eksemplar dalam 2 minggu . Pertanyaan