Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Spartacus (1960) dan Tafsiran Konstruktif

    Spartacus dalam film yang digarap oleh sutradara Stanley Kubrick ini, memang diangkat dari kisah nyata, tentang seseorang bernama Spartacus. Tapi kenyataannya, tidak ada sejarah yang sedemikian akurat dalam menggambarkan gerak-gerik Spartacus sesungguhnya. Film berdurasi tiga jam lima belas menit ini, mengisahkan tentang seorang budak bernama Spartacus yang berjuang mendapatkan kemerdekaannya. Perjuangannya "kebablasan", ia tak cuma membebaskan diri, tapi membebaskan ribuan budak lainnya untuk kemudian memancing penguasa Romawi untuk bertempur secara terbuka. Diperankan oleh Kirk Douglas, tokoh Spartacus disini sungguh mengundang simpati dari sejak awal. Ia pemberontak tapi juga lemah lembut di hadapan wanita bernama Varinia. Ia pemberani namun matanya berubah berkaca jika berbicara pada ribuan budak yang hendak bertempur. Film Spartacus memang terlihat sekali seperti film berbujet tinggi. Memang iya, konon biaya pembuatannya mencapai dua belas juta dollar, plus figuran ...

Rekonstruksi Yunani Purba

untuk Jasiaman Christian Damanik Tadi sore saya berkunjung ke rumah yang sedang ditinggali seorang kawan, namanya Jasiaman Damanik atau biasa dipanggil Jazzy. Maksud pertemuan itu tidak lain karena saya ada beberapa pertanyaan soal pelajaran logika, dan kebetulan Jazzy adalah sama-sama juga pengajar mata pelajaran logika. Hanya saja, ketika tahu Jazzy mengajarkan pelajaran sulit itu pada anak SMP, maka saya terkagum-kagum, karena pasti dibutuhkan semacam "kerja dua kali" untuk mengejawantahan sebuah ilmu yang relatif kompleks untuk pemahaman anak SMP yang tentu saja belum sekompleks mahasiswa-mahasiswa yang saya ajar. Rumah itu, harus saya ceritakan. Saya duduk di sofa abu panjang di ruang tamu yang luas. Cahaya lampunya temaram dengan kaca yang menembuskan pemandangan ke luar, ke kebun yang hijau. Suasananya, secara metafisik, begitu akademis. Terasa sekali diisi oleh orang-orang yang senang berpikir. Jazzy membubarkan kekaguman saya pada si rumah dengan menyuguhkan tiga buk...

Mengurai Cara Kerja Sinetron

Untuk sebuah acara pada 8 Januari lalu, saya diharuskan untuk menuliskan sesuatu yang berkaitan dengan etika di media. Apa yang saya lakukan adalah menonton RCTI tiga hari berturut-turut dan menganalisis apa-apa saja yang saya peroleh dari kegiatan tersebut. Dari hampir seluruh tayangan RCTI yang disaksikan, yang saya anggap paling menarik adalah hasil pengamatan atas tayangan-tayangan sinetron. Sinetron barangkali merupakan tayangan yang paling dominan dalam program RCTI. Ketika saya melakukan penelitian tersebut di bulan Oktober, ada tiga sinetron berturut-turut tayang mulai jam 18.00 sampai 22.30 yaitu Dewa, Putri yang Ditukar, dan Anugerah. Saya mencoba mengamati tanpa rasa benci dan tanpa rasa ingin menghujat. Saya akui bahwa cukup banyak kawan-kawan yang menganggap sinetron itu sesuatu yang tidak penting, sampah, dan membodohi. Tapi saya juga harus menerima fakta bahwa tayangan tersebut laku dan dikonsumsi banyak orang. Maka itu saya berupaya mengerti: Mengapa sinetron laku meski...

Dilema Joker

Dalam film Dark Knight (2008), tampil seorang antagonis yang cukup menarik simpati, ia adalah Joker (yang diperankan secara dramatis oleh almarhum Heath Ledger). Salah satu musuh bebuyutan Batman ini, ditampilkan dengan karakter khasnya, sedikit gila dengan "rasa humor yang sadistik". Jika saya bicara atas nama common sense , maka penampilan Joker versi Dark Knight ini adalah yang paling "mengganggu" dalam artian terus menerus terngiang di kepala karena sedemikian kuat tampilannya (setujukah jika saya bilang Joker dalam film tersebut masih lebih asyik diapresiasi daripada si Batman-nya sendiri?). Dalam film tersebut, ada adegan dimana Joker menunjukkan gejala kegilaannya dengan menempatkan dua kapal feri dalam sebuah dilema. Penumpang kapal itu, yang satu bermuatan penumpang umum ( civilians ), yang satu lagi berisikan para narapidana. Pada dua feri itu disimpan bom yang mana pada masing-masing kapal diberi pemicunya: kapal penumpang umum punya pemicu bom kapal ta...