Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

Pembebasan

Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya?  Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.

Betawi dalam Sarnadi Adam

"Kalau orang Betawi itu.." Entah berapa kali saya mendengar Pak Sarnadi Adam memulai kalimat dengan kata-kata itu. Meski cuma enam hari berjumpa dalam rangka pameran Asian Silk Link Art Exhibition di Guangzhou, Tiongkok, Pak Sarnadi berhasil membuat saya tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Betawi. Siapakah Pak Sarnadi? Cukup ketik di Google nama "Sarnadi Adam" maka akan ada 3200-an entri terkait nama ini dan hampir semuanya mengaitkan beliau dengan ke-Betawi-an. Secara spesifik bahkan disebutkan bahwa Sarnadi Adam adalah seorang "pelukis Betawi", "maestro seni lukis Betawi", hingga "pelukis Betawi yang go international ".  Tapi tentu, tiada yang lebih menguntungkan daripada punya kesempatan berbincang langsung dengan Pak Sarnadi selama enam hari -daripada sekadar baca-baca tentangnya di internet-. Saya jadi tahu, bahwa Pak Sarnadi pernah berambut gondrong; saya jadi tahu, bahwa setiap dua tahun sekali, Pak Sarnadi berpamer