Ilustrasi dihasilkan oleh AI Ada macam-macam pengandaian untuk manusia tertentu yang dianggap tak-lagi-seperti-manusia. Dalam sebuah pertarungan UFC (contoh ini dipilih karena saya sering menontonnya di Youtube), misalnya, seorang petarung yang begitu ganas dalam melancarkan pukulan dan bantingan bisa diibaratkan oleh komentator "seperti hewan". Mungkin karena petarung tersebut begitu "kehilangan akal", memanfaatkan hanya nalurinya untuk menerkam, memanfaatkan seluruh tubuhnya untuk menghabisi mangsa. Ada juga perandaian lain yang non-manusia, yaitu mesin. Menyebut manusia sebagai mesin sama-sama memperlihatkan "kehilangan akal", tetapi lebih menunjuk pada suatu gerakan otomat, kadang repetitif, yang kelihatannya bisa dilakukan berulang-ulang tanpa mengenal rasa lelah. Mungkin bisa dibayangkan pada Cristiano Ronaldo muda yang larinya begitu kencang atau petinju yang bisa menghujamkan pukulan terus menerus seolah-olah dia diprogram demikian. Tubuh adalah ...
Di usia saya yang sekarang hampir 36, hal-hal terkait masa muda mulai terasa sebagai sesuatu yang jauh. Pikiran dan tubuh pelan-pelan kian "matang", sekaligus meninggalkan masa silam yang dipenuhi eksperimen dan "kebodohan". Namun kerinduan akan masa muda tidak dapat ditolak. Di masa tersebut, konsep "tanggung jawab" tidaklah sedemikian besar dan seolah-olah segalanya dapat dilakukan sesuka hati tanpa banyak pertimbangan. "Kebodohan" tersebut justru merupakan hal yang paling dirindukan, karena di usia sekarang, yang seolah "berpengetahuan", segalanya malah terasa melelahkan. Musik ternyata mampu mengaitkan saya dengan momen-momen tertentu, termasuk momen di masa muda. Musik-musik tersebut, di masanya, belum tentu saya sukai, dan bahkan kadang merasa norak jika mendengarkannya. Misalnya, di masa remaja, saya tidak suka sama sekali mendengarkan musik-musiknya Reza Artamevia atau Shanty. Namun saat tidak sengaja mendengarkannya di masa se...