Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2010

Guru Spiritual

    Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual.  Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala

Lari dari Kenyataan

"Mereka kemari bukan untuk tidur, tapi untuk bangun." - Kata Yusef pada Cobb dalam film Inception Petikan dialog itu hendak menyebutkan bahwa bermimpi tidak sama dengan keadaan tak nyata, jangan-jangan mimpi itulah kenyataan yang sejati. Ide film Inception tentang "kenyataan mimpi" sungguh keren, tapi bukan isu yang baru sebetulnya, bahkan sangat purba. Kepurbaan itu bukan persis soal mimpinya, tapi soal bahwa banyak kaum mencari cara untuk menemukan "kenyataan"-nya. Dalam mitologi Yunani, ada dua tokoh yang cukup rajin diangkat dalam kefilsafatan Barat, yakni Apollo dan Dionysus. Keduanya anak dari Zeus: Apollo, ia Dewa Matahari, simbol pengetahuan, pencerahan, rasionalitas, keteraturan, dan nilai-nilai kebudayaan. Dionysus, Dewa Anggur, simbol gairah, hasrat, irasionalitas, khaos, naturalisme, insting, serta absurditas. Keduanya sering dipersandingkan untuk menunjukkan semacam paradoks. Meski demikian, Nietzsche menilai bahwa penyakit peradaban Barat sal

Kisah Seorang Sufi Bernama Amab

Saya sekeluarga punya semacam tukang pijit terpercaya. Ia datang tak tentu, tergantung panggilan. Tukang pijit ini usianya masih cukup muda, barangkali 24 atau 25, namanya Amab (atau Amap?). Pijitannya boleh dibilang tak sejenis refleksi di pinggir jalan yang cenderung relaksasif dan bikin ngantuk. Amab ini condong pada menyakiti dan bikin kita terjaga selalu akibat kesakitan. Tapi sesudah pemijitan, efeknya lebih terasa. Pegal-pegal hilang, tidur nyenyak, bangun tidur juga enak. Konon teknik pijit Kang Amab tidak cuma mengandalkan pengetahuan akan titik-titik saraf manusia, tapi juga dimuati tenaga prana yang membuat ia bisa membagikan energinya pada pasien. Saya pribadi ketika dipijit tak pernah jatuh tertidur, tapi selalu menyempatkan untuk mengobrol. Katanya, untuk meraih kemampuan memijat sambil mengobati ini, ada dua pantangan serius dari gurunya. Satu, ia tak boleh bernafsu jika memijat wanita. Dua, ia dilarang memasang tarif atas jasanya ini. Tidak diberi uang tak apa-apa, dibe

Ode untuk Ramadhan

Ramadhan adalah tamu yang mengetuk sanubarimu sekali saja Tapi ia duduk lama setelah kau bukakan pintunya Ia berkunjung untuk membicarakan kesunyian Hingga kau terlelap dan ia pergi tanpa pamit Kau tidur karena asyik berbincang dengannya Sampai lupa menyuguhi apa-apa --- Kala terjaga kau bermunajat: Jangan pergi Tinggalah semalam lagi Karena lebaran, emasmu terlalu berkilauan Perakmu terlampau menawan --- Ramadhan mendengarkanmu dalam rintik hujan malam Qadar Bersama bulan dan bintang sesungguhnya Ia pun bermunajat: Ya Rabb, ijinkan aku mencintai manusia Seperti embun mencumbui dedaunan Seperti oase merekah di padang gersang Mereka tak butuh balasan atas tugasnya yang memang demikian --- Manusia meratap cuma sejenak Sedang Ramadhan merintih sepanjang malam Ia cemburu pada Lebaran Yang merebut hati hamba-Nya cuma dengan ketupat

Sedikit Pengetahuan tentang Para Pecinta Keluarga Nabi

Lukisan artis tentang pembai'atan Ali di Ghadir Kum (diambil dari sini ) Dengan Bismillahirrahmaanirrahim, saya akan menulis sesuatu, yang memang selalu saya tuliskan jika dalam hati punya kegelisahan. Ini tulisan bukan tulisan analitik, apalagi tulisan religius (saya berharap tidak ada tendensi kesana). Ini cuma tulisan, alah, semoga cuma biasa-biasa saja dari seseorang yang baru tahu sesuatu. Yang begitu menempel di benaknya sekalimat ujaran dari Foucault bahwa, "Pengetahuan sedikit adalah berbahaya." Dan ini adalah buah tulisan dari pengetahuan yang sedikit, tapi kegelisahan yang besar. Semoga tidak menjadi sesuatu yang berbahaya, dan jika memang ternyata ada perdebatan di dalamnya, maka ijinkan saya menyerahkan pada yang lebih paham ketimbang kemudian memberikan penjelasan yang memperuncing segala. ---- Dalam beberapa bulan terakhir, sejak berkenalan dengan seorang kawan yang sebut saja namanya Hasan, saya jadi mengetahui dan lama kelamaan mengkaji tentang suatu mazha