Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2020

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

Tentang Diharamkannya Ilmu Filsafat dan Hal-Hal yang Mesti Diingat

  Hampir sebulan yang lalu, seorang kawan tiba-tiba nyolek saya di Instagram, dan menunjukkan konten di atas. Saya tertawa geli saja, karena pemikiran semacam ini tentu saja sudah lumrah. Namun lama kelamaan, tergelitik juga, dan merasa penting untuk menuliskan tentang bagaimana posisi filsafat di abad pertengahan untuk sekadar mengimbangi pendapat tersebut.  Filsafat di abad pertengahan yang dimaksud, bukanlah di Eropa (karena di Eropa masa itu, beberapa aliran filsafat juga "diharamkan", atau lebih halusnya diistilahkan dengan " philosophia ancilla theologiae " atau "filsafat adalah hamba bagi teologi"). Filsafat di abad pertengahan yang dimaksud, adalah filsafat di abad pertengahan dalam konteksnya dengan dunia Islam, yang terbentang dari sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14 masehi.  Imam Al-Ghazali pernah menulis buku berjudul Tahafut al-Falasifah atau diartikan sebagai Kerancuan Para Filosof, yang ia tujukan bagi para filsuf sebelumnya seperti Ibn Sin

Tentang Ta'aruf

Lewat sejumlah postingan teman-teman di postingan di FB, saya tertarik untuk membaca lebih jauh berita tentang pernikahan Rey Mbayang dan Dinda Hauw. Siapakah mereka? Saya sama sekali tidak tahu siapa mereka, namanya pun baru dengar - padahal mereka ini katanya orang sangat terkenal -. Apa yang menarik? Mereka (dan juga media, tentu saja) melabeli pernikahannya dilakukan dalam format ta'aruf, yang kira-kira menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuai syari'at Islam, yaitu "pacaran setelah menikah".  Sumber gambar: Instagram @dindahw Artinya, Rey dan Dinda, tidak seperti muda-mudi pada umumnya, yang terlebih dahulu menjalin hubungan dalam rangka saling mengenal - yang biasa disebut pacaran -. Mereka langsung menikah, bermodalkan pengetahuan satu sama lain yang "sedikit", dan lebih banyak berlandaskan keimanan. Pengenalan satu sama lain secara mendalam dilakukan dalam domain pernikahan, dan menjadi sesuai syari'at Islam karena sejalan de