Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Penulis Seni, Pentingkah?

  (Ditulis sebagai suplemen untuk Kelas Intensif Menulis Seni di Kaka CafĂ©, 13 Mei 2019) Seni, Pada Mulanya  Pada mulanya, seni bukanlah suatu kegiatan istimewa, oleh sebab fungsinya yang juga tidak bisa dilepaskan dari aspek-aspek keagamaan, sains, dan juga filsafat. Sebagai contoh, ketika puluhan ribu tahun silam, diketahui bahwa manusia melukis di dinding gua, maka itu tidak hanya kegiatan seni belaka, melainkan juga bentuk aktivitas religi (yang memerlukan bantuan dewa untuk menangkap hewan buruan) dan juga sains (dalam arti untuk menggambar itu sendiri, diperlukan penemuan saintifik dalam bentuk alat-alat). Contoh lain yang lebih konkrit adalah patung Venus dari Willendorf yang ditemukan tahun 1908 oleh Josef Szombathy. Patung yang ditengarai berasal dari 30.000 tahun sebelum masehi tersebut, adalah perwujudan Dewi Venus sebagai dewi kesuburan, yang artinya juga bagi masyarakat setempat dianggap sebagai sesembahan. Zaman Yunani Kuno mungkin sudah mulai ada pemikir