Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2021

Pembebasan

Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya?  Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat

Hidup untuk Menulis

Menulis memang sudah menjadi hobi sejak lama. Namun rasanya tidak pernah terpikirkan bahwa saya akan benar-benar hidup dari sini. Saya pernah hidup dari musik, mengajar sebagai dosen, dan saya pikir dua hal itulah yang akan menjadi sumber penghidupan hingga ke depannya. Sejak tidak lagi bekerja sebagai dosen tetap mulai tahun 2017, pekerjaan saya tidak pernah ada yang stabil. Memang saya bekerja di beberapa universitas, tapi hanya sebagai pengajar honorer saja. Di masa-masa itu, saya melamar ke berbagai perusahaan yang membutuhkan jasa penulisan dan rasanya saya sudah mencicipi beragam jenis pekerjaan menulis. Misalnya , saya pernah bekerja sebagai penulis berita olahraga dengan honor Rp4.000 per berita dengan jumlah 300 kata. Bahkan saya juga pernah menulis untuk rumah judi online, dengan honor lebih rendah lagi yaitu Rp3.500 per artikel yang isinya adalah prediksi pertandingan. Honor yang lumayan adalah ketika tulisan saya dimuat oleh sebuah kanal media populer, di situ saya me