Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya. Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang. Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di
Ketika Siddharta Gautama pergi berjalan-jalan ke luar istana dengan kereta, ia melihat empat hal yang membuatnya memutuskan untuk hidup tanpa wisma dan menjauhi dunia. Sebelum Siddharta melihat hal yang terakhir yakni seorang biksu asketik, terlebih dahulu ia menemukan kenyataan tentang mereka yang tua, mereka yang sakit, dan mereka yang mati. Atas segala hal yang baru dilihat oleh Siddharta untuk pertama kali tersebut, sang kusir kuda hanya menjawab enteng, "Kita semua juga akan seperti itu." Baik soal tua, sakit, dan mati, saya sendiri tidak pernah betul-betul merenungkannya. Mungkin renungan semacam itu memang terasa prematur bagi mereka yang relatif berusia muda (taruhlah saya yang sekarang dua puluh delapan ini tergolong muda :p). Berbagai ambisi, cita-cita, dan rencana ke depan yang berlimpah membuat saya dan Andrei Yefimich Ragin -tokoh dalam Ruang Inap no. 6 -nya Chekhov- punya keyakinan yang sama: Bahwa iya, saya tidak akan mati. Namun hidup selalu memberi kit