Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Seperti Hewan, Seperti Mesin

Ilustrasi dihasilkan oleh AI Ada macam-macam pengandaian untuk manusia tertentu yang dianggap tak-lagi-seperti-manusia. Dalam sebuah pertarungan UFC (contoh ini dipilih karena saya sering menontonnya di Youtube), misalnya, seorang petarung yang begitu ganas dalam melancarkan pukulan dan bantingan bisa diibaratkan oleh komentator "seperti hewan". Mungkin karena petarung tersebut begitu "kehilangan akal", memanfaatkan hanya nalurinya untuk menerkam, memanfaatkan seluruh tubuhnya untuk menghabisi mangsa.  Ada juga perandaian lain yang non-manusia, yaitu mesin. Menyebut manusia sebagai mesin sama-sama memperlihatkan "kehilangan akal", tetapi lebih menunjuk pada suatu gerakan otomat, kadang repetitif, yang kelihatannya bisa dilakukan berulang-ulang tanpa mengenal rasa lelah. Mungkin bisa dibayangkan pada Cristiano Ronaldo muda yang larinya begitu kencang atau petinju yang bisa menghujamkan pukulan terus menerus seolah-olah dia diprogram demikian.  Tubuh adalah ...

Hidup yang Biasa

Minimal seminggu sekali, saya selalu menyempatkan diri untuk datang ke Pasar Ciwastra. Apa yang saya lakukan bermacam-macam, apakah sekadar minum kopi, makan bubur ayam, mengunjungi pedagang ikan, atau tiada alasan tertentu: Hanya duduk dan memandangi orang lalu-lalang. Mungkin saya terinspirasi Sokrates, yang selalu berjalan-jalan ke agora (semacam alun-alun di jaman Yunani Kuno) untuk mencari kebenaran dengan cara menanyai orang-orang yang ditemui. Saya tidak punya keberanian seperti Sokrates, juga sepertinya tidak sopan, dalam kebudayaan kita, tiba-tiba menyapa orang dan bertanya macam-macam. Kalau cuma harga bawang atau dimana lokasi pedagang ayam, boleh saja. Tapi jika bertanya tentang prinsip-prinsip mengapa mereka berdagang, apa filosofi yang mendasarinya, serta bagaimana menjadi pedagang yang baik, tentu saya akan dianggap tidak sopan. Apa yang saya lakukan cukup memperhatikan, dan sedikit mendengarkan obrolan. Saya merasa bahwa kehidupan orang-orang di pasar adalah kehidu...

Puisi Kolam Ikan

Aku punya kolam ikan Isinya lele putih, komet, dan patin Setiap hari aku duduk di pinggirnya Menyapa lalu berbincang tentang situasi dunia Kata lele putih, "Dunia ini indah, saat kamu melempar pakan" Kata komet, "Dunia ini indah, saat air jernih senantiasa sehingga aku dapat memandangi angkasa" Kata patin, "Dunia ini indah, jika batu kecil diperbanyak agar aku bisa bersembunyi diantaranya" Tapi aku tidak tertarik pada ucapan mereka Aku terus membahas harga BBM yang naik-turun dan tragedi AirAsia Suatu hari aku tinggalkan mereka karena bosan Aku merasa ikan-ikan itu tak paham situasi global Aku merasa ikan-ikan itu tak punya kepedulian nasional Keesokan harinya, setelah tak lagi kesal, aku sambangi kembali kolam ikan Mereka semua sudah mati bahagia