Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

1Q84 Jilid Satu: Akrobat Murakami di Dunia Paralel

Setelah Norwegian Wood , saya langsung ketagihan membaca karya Haruki Murakami yang lain. 1Q84 pun menjadi destinasi saya berikutnya. Novel ini diselesaikan dengan susah payah dalam kurun waktu nyaris tiga bulan. Bukan karena Murakami bercerita dengan gaya yang lambat dan membosankan -sebaliknya, ia menulis dengan lincah dan atraktif seperti biasanya-, melainkan disebabkan oleh kesibukan saya yang sedang padat-padatnya -ah, soal kesibukan harusnya tak perlu diceritakan-.  1Q84 sedikit lebih tebal dari Norwegian Wood . Dirilis pada tahun 2009 dan 2010, 1Q84 yang mempunyai tebal 500-an halaman ini dibagi ke dalam tiga edisi. Kebetulan yang saya baca barulah edisi pertamanya. Ceritanya, seperti biasa seorang Murakami mengambil sebuah tema, adalah soal absurditas, nihilisme, dan eksistensialisme. Tidak ada suatu kejelasan arah, pun tidak ada suatu makna yang dapat dikatakan mencerahkan. Ini adalah kisah yang berpusat pada dua orang yakni Aomame dan Tengo. Keduanya menjalani keh

Gerak Lambat

Kemarin saya menyaksikan pertandingan tenis antara Novak Djokovic melawan Milos Raonic lewat streaming di internet. Djokovic adalah petenis yang dalam beberapa tahun belakangan ini tidak pernah lepas dari peringkat tiga besar sedangkan Raonic dikenal sebagai salah satu pemilik servis tercepat di dunia -Ia sanggup melesatkan servis dengan kecepatan 222 km/ jam!-. Meski harus melalui tiga set, Djokovic sanggup mengalahkan Raonic dan mematahkan servisnya sebanyak tiga kali.  Miyamoto Musashi, seorang samurai legendaris, pernah berkata bahwa jika seseorang sudah betul-betul menjadi ahli pedang, maka ia mampu melihat gerakan lawannya dengan lambat. Dalam arti kata lain, ia bisa melihat lawannya seolah-olah dalam sebuah slow motion . Jika memang demikian, tentu saja tidak sulit baginya untuk menaklukkan siapapun. Hal yang sama mungkin terasa juga bagi Djokovic yang telah menjadi ahli tenis: Servis Raonic yang punya kecepatan 222 km/ jam menjadi tampak lambat. Agaknya apa yang dikat

Selamat Ulang Tahun, Papap!

Papap adalah orang yang mengajak nonton teater berjudul Kaspar di STSI ketika aku duduk di kelas 2 SD. Waktu itu ada salah satu aktor yang terus menerus bicara pada penonton sambil sesekali ia turun dari panggung dan mendekat pada kami. Belakangan aku tahu bahwa itu adalah teknik breaking the fourth wall yang diagungkan oleh Bertolt Brecht. Papap adalah orang yang mengatakan bahwa dalam kepala kita ada semacam template untuk menyaring realitas luar. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya dunia ini kacau, hanya pikiran kitalah yang menyusunnya sehingga tampak rapi. Belakangan aku tahu bahwa Immanuel Kant juga mengatakan hal yang persis sama. Papap suatu hari pernah mengatakan bahwa masa mudanya adalah tentang sikap hidup yang bohemian . Berpusat pada diri, mengatakan ya pada hidup dengan segenap risikonya. Belakangan aku tahu bahwa Friedrich Nietzsche juga mengatakan hal yang sama dengan sebutan amor fati, fatum brutum . Papap adalah orang yang mengatakan bahwa segala tind