Skip to main content

Psychologismus-Streit dan Asal-Usul Perpecahan Aliran Kontinental dan Analitik dalam Filsafat

  Di akhir abad ke-19, diawali dari usaha pemisahan psikologi dari filsafat, muncul istilah Psychologismus-Streit atau "perselisihan psikologisme". Apa itu psikologisme? Psikologisme adalah pandangan bahwa segala konsep/ gagasan dalam filsafat (batasan pengetahuan, sistem logika, dan lain-lain) dapat ditarik penjelasannya pada pengalaman mental atau proses psikologis (Vrahimis, 2013: 9). Posisi psikologi yang kian mantap dengan penelitian empiriknya membuat filsafat mesti mendefinisikan kembali tugas dan posisinya: jika segala problem filsafat bisa direduksi pada aspek mental, masih adakah sesuatu yang disebut sebagai filsafat "murni"?  Menariknya, perselisihan ini tidak hanya di ranah perdebatan intelektual, tapi juga terbawa-bawa hingga ke ranah politik. Pada tahun 1913, 107 filsuf, beberapa diantaranya adalah Edmund Husserl, Paul Natorp, Heinrich Rickert, Wilhelm Windelband, Alois Riehl, dan Rudolf Eucken menandatangani petisi yang menuntut menteri kebudayaan Jer

30hari30film: For a Few Dollars More (1965)

19 Ramadhan 1434 H


For a Few Dollars More (1965) adalah film yang disutradarai oleh Sergio Leone dan merupakan bagian kedua dari trilogi yang disebut sebagai Dollars Trillogy - yang pertama berjudul A Fistful of Dollars, yang ketiga berjudul The Good, The Bad, and The Ugly-. Trilogi yang ketiganya menampilkan Clint Eastwood sebagai Koboi Tanpa Nama tersebut sering disemati label genre bernama spaghetti western. Spaghetti western berarti film "koboi rasa Italia" -merujuk pada kualitas film koboi yang mumpuni seringkali justru ada di tangan sutradara Italia daripada Amerika!-. Ketiga film tersebut selain dikenal karena akting Eastwood yang epik, juga disebabkan oleh musik garapan Ennio Morricone yang untuk ukuran masa itu terbilang mutakhir.

For a Few Dollars More, sebagaimana film koboi pada umumnya, tidak punya cerita yang istimewa. Isinya seputar uang, bandit, perempuan, sheriff, pembunuh bayaran, serta adegan tembak-tembakan. Ceritanya adalah tentang dua orang koboi, Monco (Clint Eastwood) dan Kolonel Douglas Mortimer (Lee Van Cleef) yang bekerjasama untuk menangkap penjahat bernama El Indio dengan iming-iming hadiah $ 10.000. Mereka berdua berpikir, bahwa untuk mengalahkan El Indio dan empat belas anak buahnya, harus ada yang menyusup dari dalam dan menjadi bagian dari geng bandit tersebut. Akhirnya Monco yang diputuskan untuk menjadi penyusup di geng El Indio dan berpura-pura untuk ikut serta membobol bank di El Paso. 

Spaghetti western barangkali tidak mempunyai titik berat pada cerita. Para sutradara Italia ini semisal Sergio Leone dan Sergio Corbucci (Django) sangat lihai menampilkan aksi-aksi koboi dengan dramatis dan heroik. Cara Leone dalam membangun suspens sebelum gun fight digelar adalah ciri khas yang barangkali hanya terjadi di film-film "koboi rasa Italia". Kita tahu Leone sangat terinspirasi oleh bagaimana Akira Kurosawa menyutradarai sekumpulan film samurai yang adegan demi adegannya tersajikan dengan amat puitik. For A Few Dollars More sekilas seperti film murahan yang tidak punya tempat di sinema hari ini yang penuh dengan kompleksitas cerita dan permainan visual yang ruwet. Tapi sebenarnya karya Leone tersebut punya karakteristik yang tak tergantikan.

Rekomendasi: Bintang Empat

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Live Instagram Dua Belas Jam

  Hari Minggu, 24 Juli kemarin, saya live Instagram hampir dua belas jam. Untuk apa? Pertama, mengumpulkan donasi untuk Kelas Isolasi yang kelihatannya tidak bisa lagi menggunakan cara-cara yang biasa-biasa (karena hasilnya selalu kurang memadai). Kedua, iseng saja: ingin tahu, selama ini saya belajar dan mengajar filsafat itu sudah “sampai mana” jika diukur dengan menggunakan jam. Putusan untuk mengudara dua belas jam tersebut tidak melalui persiapan matang, melainkan muncul begitu saja dari dua hari sebelumnya. Oh iya, materi yang saya bawakan adalah berkenaan dengan sejarah filsafat Barat. Keputusan tersebut membuat saya agak menyesal karena mesti menghabiskan hari Jumat dan Sabtu untuk baca-baca secara intens. Seperti yang sudah saya duga, belajar filsafat memang aneh: semakin dibaca, semakin menganga lubang-lubangnya. Awalnya, saya berniat untuk khusus membaca bagian Abad Pertengahan saja karena merasa pengetahuan saya paling lemah di bagian itu. Setelah lumayan membaca tipis-tip

Metafisika

Entah benar atau tidak, tapi boleh kita percaya agar pembahasan ini menjadi menyenangkan: Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak sengaja. Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yang di luar kenyataan seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada (being qua being) setelah buku bertitel 'Fisika'. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai 'Metafisika'. 'Metafisika' berarti sesudah 'Fisika', yang memang secara harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku 'Fisika' di rak Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Agak sulit untuk menjelaskan secara presisi tentang apa itu metafisika (tentu saja metafisika dalam arti istilah yang berkembang melampaui rak buku Aristoteles), maka itu alangkah baiknya kita simak beberapa contoh upaya untuk me

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1