Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2009

Pembebasan

Suatu ketika saya menolak Adorno, karena idenya tentang emansipasi lewat musik Schoenberg itu terlalu elitis. Siapa bisa paham Schoenberg, kecuali telinga-telinga yang terlatih dan pikiran-pikiran yang telah dijejali teori musik? Bagaimana mungkin teknik dua belas nada yang tak punya "jalan pulang" tersebut dapat membebaskan kelas pekerja dari alienasi? Namun setelah ngobrol-ngobrol dengan Ucok (Homicide/ Grimloc) awal April kemarin, tiba-tiba saya terpantik hal yang justru berkebalikan. Kata Ucok, memang seni itu mestilah "elitis". Lah, apa maksudnya?  Lama-lama aku paham, dan malah setuju dengan Adorno. Pembebasan bukanlah sebentuk ajakan atau himbauan, dari orang yang "terbebaskan" terhadap orang yang "belum terbebaskan" (itulah yang kupahami sebelumnya). Pembebasan bukanlah sebentuk pesan, seperti misalnya musik balada yang menyerukan ajakan untuk demo, meniupkan kesadaran tentang adanya eksploitasi, atau dorongan untuk mengguncang oligarki.

Bunga untuk Dega

Pulang mengantar kedua kawan, saya terhenti di Palasari. Sebuah kawasan pertokoan yang terkenal dengan buku-buku murah, pasar, dan kios-kios tempat menjual bunga. Hari itu hari minggu, jam sembilan malam. Toko itu masih buka, seperti yang sudah saya duga. Toko yang saya maksud adalah toko bunga, yang saya lebih senang menyebutnya dengan kios. Meski kios-kios itu terletak di pojok jalan, tapi cahayanya terang benderang. Cukup mencolok di tengah gelap gulita padamnya lampu dari pasar dan toko buku, yang telah menyetop perniagaan sejak sore. Saya turun dari mobil, setelah parkir di pinggir jalan. Ada banyak kios, sekitar enam atau tujuh kalau tidak salah. Tapi entah dorongan darimana, saya memilih untuk masuk ke kios yang penjualnya berlogat Jawa. Sepertinya juga, karena mawar yang ia pajang merahnya menggoda. Dibanding yang lainnya, padahal sama-sama merah. Oke, saya mulai memilih-milih mawar yang disimpan dalam ember. Ada beberapa warna, tapi saya hanya ingin merah. Katanya sih, merah m

Garasiku

Garasi yang saya maksud disini, adalah garasi yang kau sebut dengan garasi juga. Bukan garasi yang memang sengaja kami bikin lebih luas, dengan dekorasi sana-sini, dengan lantai yang selalu bersih. Ini adalah garasi yang sebagaimana mestinya garasi: tempat menyimpan kendaraan, dan ukurannya hanya sedikit lebih luas dari kendaraan itu, dan pastilah lantainya hampir selalu kotor, tergilas ban yang membawa debu dan lumpur jalanan. Ini adalah garasi yang sama dengan yang kau maksud, yang menjadi ruangan kosong, jika mobil di dalamnya sedang digunakan oleh penghuni rumah. Kau pasti tahu, bahwa setiap kegiatan punya tempatnya sendiri, ruangannya sendiri. Tempat memasak adalah dapur, tempat untuk tidur adalah kamar tidur, tempat makan adalah di restoran, tempat menyimpan lukisan di galeri, tempat menyaksikan musik adalah di gedung konser, tempat menyaksikan musik klasik adalah di gedung konser berakustik, tempat rapat adalah di meja yang melingkar, dan lain-lain yang stereotip. Tapi darimanak