Di akhir abad ke-19, diawali dari usaha pemisahan psikologi dari filsafat, muncul istilah Psychologismus-Streit atau "perselisihan psikologisme". Apa itu psikologisme? Psikologisme adalah pandangan bahwa segala konsep/ gagasan dalam filsafat (batasan pengetahuan, sistem logika, dan lain-lain) dapat ditarik penjelasannya pada pengalaman mental atau proses psikologis (Vrahimis, 2013: 9). Posisi psikologi yang kian mantap dengan penelitian empiriknya membuat filsafat mesti mendefinisikan kembali tugas dan posisinya: jika segala problem filsafat bisa direduksi pada aspek mental, masih adakah sesuatu yang disebut sebagai filsafat "murni"? Menariknya, perselisihan ini tidak hanya di ranah perdebatan intelektual, tapi juga terbawa-bawa hingga ke ranah politik. Pada tahun 1913, 107 filsuf, beberapa diantaranya adalah Edmund Husserl, Paul Natorp, Heinrich Rickert, Wilhelm Windelband, Alois Riehl, dan Rudolf Eucken menandatangani petisi yang menuntut menteri kebudayaan Jer
17 Ramadhan 1434 H
Ben-Hur -meski barangkali sulit untuk dikonsumsi oleh generasi penikmat film hari ini oleh sebab durasinya yang amat panjang- merupakan salah satu film terpenting dalam sejarah sinema Hollywood. Adegan pertarungan chariot antara Ben-Hur dan Messala ditampilkan dengan spektakuler dan memikat tidak hanya bagi jamannya saja, tapi mungkin juga oleh kita yang menyaksikannya sekarang. Tema biblikal yang diusungnya pun dibuat sedemikian rupa agar muncul sedikit saja dalam film tapi mengena. Film ini mungkin terlalu naif bagi mereka yang tidak berminat dengan tema-tema religius. Tapi lepas daripada dogma yang ditawarkannya, secara estetika, Ben-Hur masuk kategori film yang harus ditonton.
Ben-Hur (1959) adalah film tentang seorang Yahudi bernama Judah Ben-Hur (Charlton Heston). Petualangan Ben-Hur tersebut bermula dari ia menjadi budak di kapal perang Romawi hingga kemudian ia sanggup bangkit menantang Messala, seorang Roma, untuk bertarung di arena balapan kereta perang (chariot). Petualangan tersebut digambarkan oleh sutradara William Wyler dalam durasi 3 jam 31 menit. Tak hanya mengenai Judah Ben-Hur dan aksi-aksinya, film Ben-Hur juga mengandung pesan religius yang kuat berkaitan dengan Kristianitas (Ben-Hur hidup di masa Yesus Kristus hidup dan ia menyaksikan sendiri penyaliban Sang Mesias).
Ben-Hur meraih 11 Piala Oscar dan hanya bisa ditandingi puluhan tahun kemudian oleh Titanic (1997) dan The Lord of The Rings: The Return of The King (2003). Film yang dibuat berdasarkan novel berjudul Ben-Hur: A Tale of The Christ karangan Lew Wallace tersebut merupakan film dengan biaya produksi termahal pada jamannya. Komposisi musik dari Miklós Rózsa ikut melengkapi film Ben-Hur yang konon dibuat sebagai bentuk jawaban atas tuduhan terhadap film-film Hollywood yang pada masa itu dianggap tidak mendidik.
Ben-Hur -meski barangkali sulit untuk dikonsumsi oleh generasi penikmat film hari ini oleh sebab durasinya yang amat panjang- merupakan salah satu film terpenting dalam sejarah sinema Hollywood. Adegan pertarungan chariot antara Ben-Hur dan Messala ditampilkan dengan spektakuler dan memikat tidak hanya bagi jamannya saja, tapi mungkin juga oleh kita yang menyaksikannya sekarang. Tema biblikal yang diusungnya pun dibuat sedemikian rupa agar muncul sedikit saja dalam film tapi mengena. Film ini mungkin terlalu naif bagi mereka yang tidak berminat dengan tema-tema religius. Tapi lepas daripada dogma yang ditawarkannya, secara estetika, Ben-Hur masuk kategori film yang harus ditonton.
Rekomendasi: Bintang Lima
Comments
Post a Comment