Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Bahkan Pelacur Pun Enggan

   Pada suatu pertemuan di Facebook, saya berbincang dengan "Sang Maulana" Bambang Q-Anees. Saya, seperti biasa, bertanya hal-hal yang sangat mendasar. B-Q (demikian saya panggil dia), seperti biasa, menjawabnya dengan sangat rumit. Pertanyaan saya sederhana saja, "Bagaimana agar saya dapat menjadi seorang dosen yang baik?" B-Q menjawabnya dengan mengutip satu cerita dalam novel Milan Kundera yang berjudul Book of Laughter and Forgetting , tentang seorang pelacur yang akan melayani tamunya. Ketika tahu bahwa tamu itu adalah seorang intelektual, pelacur itu dipenuhi rasa enggan. Mengapa? Ia tahu, seorang intelektual adalah seorang yang amat membosankan di atas ranjang. Cerita itu ditutup B-Q sampai di sana. Saya tertegun karena merasa tidak mendapat jawaban apa-apa.  Obrolan tersebut berlangsung sekitar dua setengah tahun silam. Sekarang, setelah saya merasakan dua setengah tahun menjadi dosen, kata-kata tersebut lambat laun saya pahami. Saya sadar bahwa menjadi