Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Bahkan Pelacur Pun Enggan

   Pada suatu pertemuan di Facebook, saya berbincang dengan "Sang Maulana" Bambang Q-Anees. Saya, seperti biasa, bertanya hal-hal yang sangat mendasar. B-Q (demikian saya panggil dia), seperti biasa, menjawabnya dengan sangat rumit. Pertanyaan saya sederhana saja, "Bagaimana agar saya dapat menjadi seorang dosen yang baik?" B-Q menjawabnya dengan mengutip satu cerita dalam novel Milan Kundera yang berjudul Book of Laughter and Forgetting , tentang seorang pelacur yang akan melayani tamunya. Ketika tahu bahwa tamu itu adalah seorang intelektual, pelacur itu dipenuhi rasa enggan. Mengapa? Ia tahu, seorang intelektual adalah seorang yang amat membosankan di atas ranjang. Cerita itu ditutup B-Q sampai di sana. Saya tertegun karena merasa tidak mendapat jawaban apa-apa.  Obrolan tersebut berlangsung sekitar dua setengah tahun silam. Sekarang, setelah saya merasakan dua setengah tahun menjadi dosen, kata-kata tersebut lambat laun saya pahami. Saya sadar bahwa menjadi ...