Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual. Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala
Cyborg Manifesto adalah esai karya Donna Haraway yang dirilis tahun 1985 dengan tebal sekitar delapan puluh halaman. Dalam tulisannya ini, Haraway, pemikir asal Amerika kelahiran tahun 1944, mengajak kita mempertanyakan ulang batas-batas antara konsep manusia, hewan, mesin, fisikal - non fisikal, hingga sampai pada renungan tentang persoalan identitas yang disematkan oleh pemikiran gender tradisional. Haraway melakukan itu semua lewat presentasinya mengenai cyborg sebagai fenomena pascahumanisme. Cyborg sendiri didefinisikan oleh Haraway sebagai organisme sibernetik, percangkokan antara mesin dan organisme, makhluk yang berasal dari realitas sosial sekaligus fiksi. Haraway memperhatikan dunia di sekelilingnya, bahwa pada masa itu, literatur fiksi ilmiah dipenuhi konsepsi tentang cyborg - makhluk yang sekaligus hewan dan mesin, yang membuat ambigu gagasan tentang natur dan kultur. Cyborg, lanjutnya, telah mengubah apa yang disebut dengan "pengalaman perempuan" pada akhir abad