Skip to main content

Posts

Showing posts from 2024

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Hati

Membicarakan "hati" memang mudah untuk dituding sebagai romantisme, semacam bahasa batiniah yang dibentuk akibat ketidakmampuan menghadapi sesuatu secara rasional sehingga mengalihkannya pada hal-hal abstrak yang tak bisa diverifikasi dan difalsifikasi. "Hatiku mengatakan ada yang salah dengan semua ini", pernyataan semacam itu dipandang tak punya arti dalam ranah argumentasi, apalagi kala ditanya, "Alasannya kenapa?" Hati seringkali tak punya justifikasi, tak butuh justifikasi.  Saat beberapa waktu lalu berangkat ke Kabupaten P, saya belajar banyak tentang mengasah hati melalui berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya tak rutin saya lakukan. Tujuan ritual-ritual semacam itu, salah satunya, adalah merawat hati, membuatnya lebih terdengar, tanpa mesti dibarengi justifikasi. Sang Guru beberapa kali bicara tentang hati beserta penyakit-penyakit yang menyertainya - hal-hal yang sering saya dapati ketika belajar agama di usia SD atau SMP: iri, dengki, sombong,

Perjalanan Mengajar

  Saya lupa kapan pertama kali mulai mengajar musik. Yang pasti, mengajar gitar klasik sudah dilakoni sejak saya masih kuliah S1 (antara tahun 2003 hingga 2007). Sekolah musik yang pertama kali menerima saya adalah Wisma Musik STESA di Batununggal. Awalnya, saya malah menjadi murid gitar jazz dari Kanggep Kusuma di sekolah musik tersebut, sebelum akhirnya diplot menjadi guru oleh sekolah musik milik Koh Sensus dan Ci Debby itu. Saya ingat murid gitar perdana saya, namanya Marvin. Entah dimana dia sekarang.  Setelah Wisma Musik STESA, saya lupa tempat mengajar selanjutnya, apakah ke Purwatjaraka di Cijerah atau ke Allegria Music. Manapun itu, yang pasti saya hanya sebentar di Purwatjaraka, dan mengabdi lama di Allegria Music milik Ci Juniar Jacob, mengajar di tiga cabang yang mereka punya. Mungkin lebih dari sepuluh tahun saya mengajar gitar di Allegria Music. Selain mengajar di sekolah musik, saya juga mengajar murid secara privat. Ada yang datang ke rumah, ada juga yang saya datang ke

Bacalah

  "Jadi, Stad, tentang surat ini, apakah saya ngaji atau baca tafsirnya?"  "Terserah maumu, salah satunya oke. Ngajinya akan memberi energi pembebasan. Tafsirnya bisa membuatmu tercerahkan."  Menarik obrolan dengan guruku ini. Soal tafsir saya bisa paham mengapa dia mengatakan demikian, tetapi kenapa "ngaji akan memberi energi pembebasan"? Padahal dalam mengaji, saya hanya membaca huruf-huruf Arab saja tanpa mengerti artinya. Namun saya mencoba memahami maksud perkataan tersebut: tanpa mengetahui arti, tanpa memahami makna, kita merengkuh peristiwa sepenuhnya. Arti dan makna kerap memerlukan bahasa (seperti yang sedang saya tuliskan sekarang), sementara saat merengkuh peristiwa, yang diperlukan terkadang hanyalah penghayatan, yang masuk ke dalam hati .  "Ngaji memberi energi pembebasan" ini juga mengingatkan saya pada bagaimana mengapresiasi seni. Sebelum atau pada saat kita berinteraksi dengan karya seni, seringkali kita terdorong untuk mengajuk

Pertemanan

Entah kenapa selama ini saya begitu naif. Saya pikir yang dinamakan teman itu adalah semua orang yang bersikap baik pada saya dan saya tak keberatan untuk juga bersikap baik pada dia. Namun tak hanya itu. Untuk membedakan dari kegiatan yang murni transaksional seperti bisnis atau politik, teman juga biasanya bisa diajak ngobrol atau curhat dalam beberapa hal di luar "alasan terbentuknya relasi sosial itu pada mulanya". Maksudnya, misalnya saya dan A dipertemukan karena alasan kesamaan dalam bidang filsafat, maka teman artinya bisa ngobrol hal-hal di luar filsafat juga, contohnya, problem percintaan atau keuangan. Tadinya teman bagi saya ya begitulah definisinya. Maka itu saya pikir teman saya banyak, karena memang termasuk dalam kategori yang saya sebutkan itu.  Namun ketika saya mengalami kejadian ini semenjak dua bulan lalu, saya menemukan bahwa pengkategorian semacam itu terlalu bodoh dan sederhana. Sekarang saya menemukan bahwa teman itu ada banyak jenisnya. Pengklasifi

Isyarat Kebajikan

  Apakah isyarat kebajikan ( virtue signaling ) sama dengan kebajikan ( virtue ) itu sendiri? Agak sukar menakarnya. Sebelumnya, mari ketahui apa yang dimaksud dengan isyarat kebajikan. Sesuai istilahnya, isyarat kebajikan adalah kebajikan yang diisyaratkan, yang dalam hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga orang lain mengetahuinya. Persoalannya, kebajikan yang diisyaratkan bisa jadi berbeda dengan kebajikan yang dipegang sebenar-benarnya dalam diri seseorang itu. Apa yang diisyaratkan bisa jadi mengandung suatu kepentingan tertentu yang tak hanya bersifat pragmatis, melainkan bisa juga oportunistis. Sebagai contoh, saya tidak biasa memberi uang pada orang yang meminta-minta. Namun saat saya tahu bahwa perbuatan saya bisa direkam dan diunggah di media sosial, saya mulai memberi uang pada orang yang meminta-minta asalkan orang-orang di media sosial bisa melihatnya. Tanpa diisyaratkan, saya tak akan melakukan kebajikan itu.  Isyarat kebajikan memang terkesan buruk, tetapi bisa jadi t

Menjalani Hidup dengan Demotivasi: Mungkinkah?

“Tingkatkan terus kualitasmu!”  “Kalau kamu yakin bisa, kamu pasti bisa!”  “Berpikirlah positif setiap hari!”  Kalimat-kalimat motivasi seperti di atas pasti sudah sering kita lihat dan dengar nyaris setiap waktu. Profesi orang yang sering bicara seperti itu juga kemudian bermunculan dalam beberapa tahun terakhir yang namanya, kita tahu, motivator. Motivator ini selain muncul di televisi, juga membuat seminar- seminar, tampil atas undangan perusahaan, dan belakangan mulai merambah media sosial seperti Youtube. Apakah ada masalah dengan memotivasi orang untuk lebih baik? Tentu tidak, bahkan harus! Tapi di sisi lain, kita juga semestinya kritis dalam melihat gejala motivator yang menjamur dengan berbagai kalimat motivasinya ini. Karena toh, kenyataannya, banyak juga orang yang menjadi semangat setelah mendengar ocehan mereka, tapi tidak seberapa punya dampak konkrit terhadap karir dan kehidupannya. Artinya, semangat ya tinggal semangat saja.  Lantas, apa yang bisa kita kritisi dari para

Ibunda

  Soal Papap saya mungkin cukup sering menceritakannya. Sekarang saya akan cerita tentang almarhumah, yang wafat tahun 2018. Selama hidup, memang saya lebih dekat dengan Papap ketimbang Mamah. Alasannya, entah kenapa ya, saya merasa Mamah itu adalah sosok yang terlalu suka mengalah, seperti terlampau permisif. Saya lebih kompatibel dengan sifat Papap yang ambisius dan intens pada apa yang dikerjakannya. Namun dalam renungan akhir-akhir ini, saya justru merasa lebih paham tentang sifat-sifat almarhumah.  Mamah adalah sosok perempuan dengan beban ganda. Sambil bekerja sebagai pengajar di jurusan Sastra Jepang, Universitas Padjadjaran, tempatnya mengabdi selama lebih dari 25 tahun, Mamah juga mengurus rumah tangga, tepatnya tiga anggota keluarga lain yang kesemuanya laki-laki: Papap, Engkang, dan saya. Tak hanya itu, Mamah juga mengelola segala hal yang bersifat " public relation " dengan pihak eksternal seperti keluarga besar, rekan-rekan kerja, tetangga, hingga orang-orang yan

Jaga Toko

Di jalan besar sebelah rumah saya ada toko kelontong milik Bu Yana dan Pak Yana. Toko itu sudah dijalankan sejak saya kecil dan masih eksis hingga sekarang usia saya hampir empat puluh. Hingga saat ini, Pak Yana dan Bu Yana masih di sana. Bahkan Pak Yana sendiri yang menunggui si toko. Suatu hari di masa lalu, entah ketika saya usia berapa, Papap pernah berkata, "Lihat itu anaknya Pak Yana dan Bu Yana, dia ikutan jagain toko meskipun masih kecil. Orang Tionghoa diajarkan demikian, tidak usah gengsian." Mungkin maksud Papap begini: jaga toko itu dianggap hal yang kurang keren bagi sebagian orang. Apalagi bagi anak-anak, mungkin jaga toko itu malah memalukan (seolah-olah dicitrakan bahwa "kecil-kecil sudah bekerja"). Mendingan belajar, les, atau bermain di luar. Tapi dalam worldview orang-orang Tionghoa, jaga toko itu, meski toko kelontong kecil, adalah hal yang justru keren.  Sepanjang hidupnya, Papap sering memuji orang-orang Tionghoa. Bahkan ketika diminta bercera

Tong Sampah

Entah mulai kapan aturan ini, tapi dalam sepakbola, membuka kaos setelah mencetak gol dapat dihukum kartu kuning. Juga dalam sepakbola, pemain tidak boleh lanjut menendang bola jika wasit meniup peluit tanda permainan mesti distop. Ingat kejadian heboh pada bulan Maret 2011 antara Arsenal lawan Barcelona? Robin van Persie menerima kartu kuning kedua karena tetap menyepak bola meski wasit telah meniup peluit tanda offside . Demikian halnya dalam basket, sebuah tim dapat dihukum technical foul jika protes berlebihan atau bereaksi lebay dengan misalnya membanting bola. Apa poinnya?  Kita tentu tidak ingin olahraga hanya sekadar mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kita sekaligus ingin melihat emosi di dalamnya. Kita, sebagai penonton, turut menikmati sorak kegembiraan saat pemain mencetak gol, juga sekaligus menikmati kesedihan orang yang gagal mengeksekusi penalti. Itu sebabnya kamera pada tayangan olahraga seperti sepakbola, basket, tenis, badminton, atau voli, beberapa dian

Sepakbola Masa Kini

  Dulu nonton sepakbola itu bisa terlihat gaya masing-masing negara. Jerman cenderung seradak-seruduk seperti tank panzer, Itali agak flamboyan, manipulatif, dan pragmatis, sementara Inggris terkenal dengan umpan-umpan panjang. Sejak era Guardiola di Barcelona sekitar tahun 2008-an, tim-tim lain mulai mengadopsi gaya serupa, yang membuat Spanyol berjaya di tahun-tahun yang sama. Hingga akhirnya sekarang, kita menyaksikan bagaimana Euro 2024 hampir semua tim menerapkan "gaya Guardiola".  Dalam Youtube Shorts, eks gelandang Bayern Muenchen dan Manchester United, Bastian Schweinsteiger pernah agak keberatan tentang penyebaran "gaya Guardiola" ini. Katanya, waktu Pep membesut Muenchen, timnya itu menjadi kehilangan gen-nya. Permainannya bagus, tapi tidak seperti Muenchen yang biasanya. Jadi, apa itu "Gaya Guardiola"? Kita lihat, hampir semua tim di Euro 2024 bermain dengan gaya serupa:  Kiper dan bek tengah harus punya kemampuan menggiring bola dan memberi ope

Dari Proksi ke Proksi

  Ya, saya pernah menggunakan Tinder, tetapi tidak pernah lama dan tidak pernah tuntas. Saya hanya pakai sebentar, lihat-lihat, lalu ketika disuruh bayar saya biasanya malas melanjutkan. Pernah satu kali coba bayar, berkenalan dengan beberapa orang, tetapi tidak sampai ketemuan. Beberapa diantaranya malah mencurigakan. Misalnya, ada yang langsung ngajak nonton bioskop lalu minta saya membayarkan tiketnya ke rekening Dana miliknya. Tidak besar memang, cuma tiga puluh ribuan, tetapi tetap saja aneh. Lainnya, ada yang langsung minta dibelikan kuota atau ada juga yang langsung curhat mendalam tanpa ada basa basi sama sekali (seolah-olah berusaha membangkitkan belas kasih). Akhirnya saya uninstall aplikasi tersebut dan kelihatannya tak tertarik lagi untuk menggunakannya.  Lalu saya baru saja selesai nonton The Tinder Swindler (2022) di Netflix, film dokumenter tentang penipuan berkedok kencan daring yang menjerat banyak korban hingga puluhan juta Dollar. Modus laki-laki bernama Simon Levi

Agama dan Pengalaman Psikedelik

Pengalaman psikedelik rasa-rasanya mesti dialami setiap orang, minimal sekali seumur hidup. Saya pernah merasakannya lewat "jamur ajaib". Meski hanya beberapa kali saja (dapat dihitung jari), pengalaman semacam itu adalah pengalaman yang selalu saya kenang: tentang realitas yang tampil dengan cara yang lain, tentang kesadaran yang dilampaui. Saya banyak tersenyum ketika menonton film dokumenter berjudul Have a Good Trip: Adventures in Pyschedelics (2020) di Netflix. Alasannya, saya betul-betul relate dengan pengalaman visual mereka yang diwawancarai dalam film tersebut seperti Sting, Carrie Fisher, Anthony Bourdain, dan Sarah Silverman. Orang-orang itu bercerita tentang benda yang mendadak bisa menari-nari dan bahkan bisa berbicara pada mereka, hidup dalam kartun tiga dimensi, pengalaman masuk pada dimensi lain, dan visual-visual khas lainnya sebagai efek yang muncul dari konsumsi LSD, peyote, "jamur ajaib", atau ayahuasca.  Have a Good Trip adalah dokumenter yan

Pejalan (6)

Kata kedua orang tua saya (yang telah wafat), Syarif Maulana artinya "pemimpin yang bijaksana". Meski menyukai nama tersebut, saya tak terlalu peduli pada artinya. Saya kira, makna semacam itu hanya sugesti saja, tidak mencerminkan suatu karakter atau nasib tertentu. Sampai suatu ketika, saya berjumpa dengan seseorang yang saya anggap sebagai pembimbing spiritual. "Saya mau membimbingmu," katanya kira-kira, "karena namamu Maulana." Alasan yang aneh dan tidak rasional, tetapi sekurang-kurangnya memperlihatkan bahwa nama ternyata punya tuah juga.  Sampai suatu ketika pula, setelah berbagai kejadian belakangan ini, Guru di kabupaten P2 kemudian mengungkapkan pendapatnya tentang nama saya, "Namamu itu maknanya lumayan berat. Artinya kira-kira setara raja, tetapi bukan cuma raja, melainkan raja para raja, alias raja diraja." Guru lalu melanjutkan, "Karena nama itu, kau menjadi seseorang dengan ego yang tinggi." Agak sedih mendengarnya, karen

Alasan Mengapa Inglourious Basterds adalah Film yang Sangat Keren

Inglourious Basterds adalah film tahun 2009 berlatar Perang Dunia II yang disutradarai dan ceritanya ditulis oleh Quentin Tarantino. Saya adalah penggemar film-film Tarantino, tetapi hanya Basterds yang membuat saya bisa berkali-kali menonton klip-klipnya karena demikian kagum dengan karyanya yang satu ini. Pertama, tentu saja, karena tokoh Hans Landa yang diperankan secara brilian oleh Christoph Waltz. Landa adalah Kolonel SS yang dikenal karena kemampuannya dalam mengetahui segala informasi terkait orang-orang Yahudi yang diburu oleh Nazi. Selain skill multibahasanya yang mengagumkan (dalam Basterds , Landa diperlihatkan mampu berbicara bahasa Jerman, Inggris, Itali, dan Prancis), Landa juga mampu membangun percakapan yang ramah dan intimidatif sekaligus. Adegan pembuka dalam Basterds memperlihatkan pesona akting Waltz yang membuat kita merasakan ketegangan dalam setiap gerakan, perubahan mimik, dan intonasi yang diperagakan oleh Landa.  Kepiawaian Tarantino dalam menyutradarai j

Pejalan (5)

  Kemampuan berimajinasi membuat kita mampu membayangkan tempat manapun tanpa harus pernah benar-benar ke sana. Kita bisa membayangkan berada di puncak gunung, berpindah sejauh ribuan kilometer, hingga mengkonstruksi dalam pikiran: suatu tempat di masa lalu atau masa yang akan datang. Imajinasi membuat manusia bisa jauh mengembara melampaui dirinya. Meski usia seseorang katakanlah, hingga sampai tujuh puluhan tahun, imajinasi bisa membuat siapapun mampu merenungkan waktu-waktu yang lebih panjang dari masa hidupnya, bahkan bisa sampai jutaan kali lipat. Imajinasi bahkan bisa sampai pada merenungkan: keabadian.  Pengetahuan adalah modal lain yang kita punya. Melalui pengetahuan, kita bisa menguasai suatu perkara dan mencari jalan keluar tentangnya. Mirip dengan imajinasi, pengetahuan juga bisa berupa sesuatu yang tak perlu kita alami langsung. Pengetahuan tentang hukum, misalnya, tidak mensyaratkan kita mesti menjalani proses hukum. Pengetahuan tentang suatu penyakit bukan artinya kita m

Algoritma Youtube Membawaku pada Film tentang Tank Misterius

Suatu hari, saya mendapati algoritma Youtube menawarkan film perang berjudul White Tiger (2012). Saya menyambutnya, karena memang selama ini punya ketertarikan pada hal-hal yang berhubungan dengan Perang Dunia II. Beberapa film terkait Perang Dunia II yang berkesan bagi saya antara lain Downfall (2004), The Pianist (2002), Black Book (2006), Letters from Iwo Jima (2006), Life is Beautiful (1997) dan tentu saja, The Inglourious Basterds (2009). White Tiger adalah film Rusia yang disutradarai oleh Karen Shakhnazarov. Film yang skenarionya ditulis oleh Shakhnazarov bersama dengan Aleksandr Borodyansky tersebut dibuat berdasarkan novel Tankist, ili "Byeli tigr" karya Ilya Boyashov.   White Tiger berlatar Perang Dunia II, tepatnya panggung pertempuran Timur antara Nazi Jerman dan Uni Soviet. Film ini menceritakan rumor seputar tank Nazi tipe Tiger I bercat putih yang kerap muncul dan menghilang secara misterius. Tank yang dijuluki dengan sebutan "White Tiger "

Pejalan (4)

  Suatu waktu saya berjanji dalam hati, untuk tidak kembali ke dunia itu lagi. Namun setelah dipikir-pikir, kenapa saya harus menggunakan kata "kembali"? Selama ini saya berjalan terus, membawa dunia saya sendiri: untuk orang-orang mendekat, menjauh, tinggal, nongkrong, check in , check out , di dalam dunia yang saya bawa. Seorang pejalan semestinya tak pernah " stuck " dalam suatu perhentian dan bermukim untuk waktu yang terlalu lama. Pejalan selalu bergerak, menanggalkan perasaan nyamannya karena sekaligus tahu, kenyamanan dapat membunuh kepenasaranan, keinginan untuk terus mencari.  Pertanyaannya, sampai kapan harus terus mencari? Sampai kapan muncul perasaan untuk tak harus bermukim di suatu tempat? Bukankah jiwa ini bisa kelelahan jika terus-terusan mencari? Sejujurnya, saya juga tak tahu hingga entah kapan. Hanya saja saya merasa tak sanggup lagi berpegang pada yang sudah-sudah. Hubungan dengan manusia begitu rapuh. Seseorang bisa jadi kawan dekat bertahun-tah

Pejalan (3)

  Seorang pejalan tidak hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pejalan adalah orang yang menghayati perpindahan tersebut. "Saya akan pergi ke minimarket yang jaraknya seratus meter," seseorang bisa mengatakan demikian, tetapi tak bisa dikatakan pejalan jika seratus meter dipandang sebagai jarak yang menghalangi dirinya dan tujuannya. Bagi sang pejalan, minimarket itu tentu penting, tetapi lebih penting lagi: seratus meter yang diarunginya. Seorang juru sampan bernama Vasudeva dalam novel Siddhartha karya Herman Hesse pernah membicarakan tentang "jarak yang memisahkan". Saya lupa persisnya, tetapi kira-kira Vasudeva mengatakan semacam ini, "Banyak orang menganggap sungai hanyalah penghalang bagi tujuannya, padahal kita bisa dengarkan banyak suara dari sungai ini."  Selama ini saya tak paham apa arti menjadi pejalan. Alasannya, sebagai orang yang pernah begitu aktif bermedia sosial, perjalanan adalah sekaligus kesempatan untuk membuat konten. Saya