Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2023

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gram...

Membela Young Lex dan Awkarin

    Waktu Young Lex dan Awkarin merilis video musik berjudul Makan Bang , saya berang. Berang karena bagaimana bisa, video musik yang dibuat asal-asalan semacam ini dapat meraih views jutaan dan menempati peringkat atas trending ? Di bagian prolog video tersebut, Oka Mahendra Putra, sang produser, terlebih dahulu memaparkan konsepnya, “Konsep video ini, adalah tanpa konsep. Kita hanya mengulang-ulang adegan makan di restoran.” Hasilnya mengejutkan! Meski nampak bahwa video musik ini adalah produk low budget, dengan konten berupa lirik yang dibuat asal-asalan –Young Lex mengaku membuatnya lima belas menit setelah main Dota 2-, dan dengan aktor, yang maaf-maaf saja, kelihatannya tidak ada kemampuan akting lain selain mengunyah makanan, tapi ada kenyataan pahit yang harus kita telan: toh, meski dicaci maki, video yang diunggah di Youtube tersebut tetap banyak yang menonton. Intinya, Young Lex, Awkarin, dan Oka Mahendra Putra hampir dapat dipastikan meraup untung besar dari Adsen...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...

Generasi

Sentimen antar generasi adalah hal yang umum terjadi dalam peradaban. Mereka yang menyebut dirinya sebagai "generasi muda", biasanya lekat dengan keinginan untuk mengubah keadaan yang diklaimnya sebagai "status quo". Sementara generasi di atasnya, atau sebut saja "generasi tua", antara ingin mempertahankan kedudukannya dengan terus menerus mengglorifikasi keberhasilannya di masa lampau, atau ada juga yang sadar bahwa mereka akan tergantikan, sehingga dengan sekuat tenaga merangkul yang muda-muda. Kadang dalam melakukan glorifikasi, "generasi tua" ini bisa jadi menjadikan keberhasilannya bertahan hidup sebagai bukti bahwa pikiran dan tindakannya memang benar. Memang benar, misalnya, ia sudah dididik keras dengan gaya militer oleh orang tuanya, buktinya sekarang dirinya sukses. Pola pikir semacam itu yang membentuk persepsi "generasi tua" ini dalam menuduh generasi di bawah-bawahnya sebagai lembek dan payah.  Namun ada juga yang tidak per...

Jika Nietzsche Jadi Dosen di Indonesia

Friedrich Nietzsche, filsuf yang meninggal tahun 1900 itu, bangkit kembali dan hidup di Indonesia di tahun 2019 ini. Kecerdasannya tetap sama, ia masih seorang filolog yang hebat dengan pengetahuan mitologi Yunani yang sangat lekat. Pada kehidupan sebelumnya, saking cerdasnya, ia dianugerahi gelar profesor di Universitas Basel pada usia yang masih sangat muda, yaitu 24 tahun.  Tahun ini, ia juga berusia 24 dan menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Indonesia. Sebagai anak muda yang brilian, ia rajin sekali menulis dan meneliti dengan antusiasme yang meledak-ledak. Namun tulisan maupun penelitiannya tidak pernah sampai tuntas, karena Nietzsche baru sadar, ada perbedaan antara ketika ia ada di Indonesia dengan ketika di Eropa. Bedanya, di Indonesia ia sangat sibuk. Apa yang menjadi kesibukannya? Ia tidak hanya menjalankan tri dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Lebih daripada itu, Nietzsche juga harus mengisi prese...