Tulisan ini bukan hendak mengagung-agungkan guru spiritual. Tulisan ini adalah hasil renungan atas film dokumenter di Netflix berjudul Bikram: Yogi, Guru, Predator (2019). Bikram Choudhury (lahir tahun 1944) adalah guru yoga pendiri Bikram Yoga yang populer sejak tahun 1970-an dengan cabang tersebar hingga 40 negara. Bikram Yoga mengajarkan 26 postur yang semuanya dilatih dalam temperatur mencapai 41 derajat celcius. Selain populer karena muridnya yang berjumlah jutaan dan cara mengajarnya dengan hanya menggunakan celana renang ketat, Bikram juga adalah pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya. Hal inilah yang mengganggu saya dalam artian, seorang guru spiritual yang identik dengan dunia ketimuran sebagai dunia yang sebisa mungkin melepaskan keterikatan terhadap "nafsu kedagingan", ternyata begitu problematik dalam urusan seks yang konsensual. Problem guru spiritual ini terletak pada pengkultusannya. Sebagaimana diperlihatkan dala
Bagaimana menerjemahkan hospitality ? Keramahan mungkin bisa, meski tidak persis menggambarkannya, tapi kita anggap saja kata "keramahan" yang dimaksud dalam tulisan ini, merupakan terjemahan dari hospitality . Filsuf Prancis, Jacques Derrida, pernah menulis gagasannya tentang keramahan dalam buku berjudul Of Hospitality yang isinya terdiri dari dua tulisan yang diambil dari kuliahnya, yang satu berjudul Foreigner Question dan lainnya bertajuk Step of Hospitality/ No Hospitality . Dalam tulisannya tersebut, Derrida berangkat dari pernyataan Kant tentang " universal hospitality " yang diartikan sebagai: “(…) the right of a stranger not to be treated as an enemy when he arrives in the land of another. One may refuse to receive him when this can be done without causing his destruction; but, so long as he peacefully occupies his place. one may not treat him with hostility .” Derrida mengritik pandangan Kant dalam Perpetual Peace tersebut sebagai "keramahan bersy