Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya. Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang. Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di
Bagaimana menerjemahkan hospitality ? Keramahan mungkin bisa, meski tidak persis menggambarkannya, tapi kita anggap saja kata "keramahan" yang dimaksud dalam tulisan ini, merupakan terjemahan dari hospitality . Filsuf Prancis, Jacques Derrida, pernah menulis gagasannya tentang keramahan dalam buku berjudul Of Hospitality yang isinya terdiri dari dua tulisan yang diambil dari kuliahnya, yang satu berjudul Foreigner Question dan lainnya bertajuk Step of Hospitality/ No Hospitality . Dalam tulisannya tersebut, Derrida berangkat dari pernyataan Kant tentang " universal hospitality " yang diartikan sebagai: “(…) the right of a stranger not to be treated as an enemy when he arrives in the land of another. One may refuse to receive him when this can be done without causing his destruction; but, so long as he peacefully occupies his place. one may not treat him with hostility .” Derrida mengritik pandangan Kant dalam Perpetual Peace tersebut sebagai "keramahan bersy