Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2023

Pulih

  Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya.  Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang.  Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di

Pertanyaan Kapan Kawin? dan Kepedulian Evolutif

Di suasana lebaran seperti sekarang ini, tidak semua orang menjadikan hal tersebut sebagai suatu momen yang seratus persen menyenangkan. Mungkin menyenangkan bagi mereka yang, tentu saja, puasanya tamat, dan selain itu pula, punya kehidupan sosial yang dapat dikatakan bagus dalam takaran masyarakat pada umumnya. Masyarakat pada umumnya itu, ya, mereka yang menganggap bahwa ukuran kepatutan hidup adalah sekolah yang tinggi, punya mobil dan rumah, pekerjaan yang bagus dan tentu saja: menikah – dan dilanjutkan dengan: punya anak -. Pada orang-orang yang sudah mencapai hal-hal itu, maka lebaran dan bertemu keluarga serta kerabat tidak harus menjadi momok yang menakutkan. Bahkan momen lebaran bisa digunakan untuk pamer dan membangga-banggakan diri.  Sebaliknya, bagi mereka yang belum memenuhi kriteria sosial semacam itu, momen lebaran, tepatnya ketika kumpul bersama keluarga dan kerabat, adalah momen yang penuh penghakiman. Pertanyaan-pertanyaan tentang sekolah, harta, pekerjaan, hingga “Ka

Palestina

7 Oktober kemarin, Hamas menyerang Israel. Dunia sempat kaget dan mengecam aksi tersebut sebagai aksi terorisme. Seperti yang selalu terjadi dalam sejarah, Israel melakukan serangan balasan ke wilayah Gaza sebagai daerah yang dikuasai Hamas. Serangan tersebut dilakukan bertubi-tubi, menimbulkan ribuan korban sipil termasuk anak-anak. Jujur, sebelum-sebelumnya, saya tidak pernah punya perhatian terhadap krisis di Palestina. Mungkin tahu sejarahnya sedikit, tetapi tidak pernah sampai menyuarakan dukungan tertentu. Bahkan saya pernah agak nyinyir pada orang-orang yang mengajak boikot produk-produk Yahudi. Saya pikir, mereka tidak mungkin memboikot produk Yahudi sepenuhnya karena minimal mereka menggunakan media sosial untuk menyuarakan ajakan boikot tersebut.  Namun pandangan saya dalam konflik terbaru ini berubah total. Bacaan dan renungan tentang filsafat yang makin intens justru membentuk keberpihakan yang tegas pada Palestina: bahwa tidak boleh ada pihak sok kuasa yang menindas pihak

Merenungkan Hidup Versi Frank Martela

Buku Frank Martela yang berjudul Hidup Ini Indah (Gramedia Pustaka Utama, 2023) bisa dikatakan sebagai buku filsafat dengan gaya populer. Buku ini lebih tepatnya membahas tema eksistensialisme, tetapi tidak seperti umumnya teks-teks dengan tema tersebut yang cenderung murung (Kierkegaard, Camus, Dostoyevsky), nuansa tulisan Martela ini cukup terang dan malah berbau self-help . Tawaran Martela sederhana saja, bahwa makna dalam hidup tidak perlu dicari, karena hidup sudah bermakna dengan sendirinya. Di halaman 157, Martela menuliskan, "Kebermaknaan bukan sesuatu yang langka atau jarang. Itu adalah pengalaman yang ada dalam banyak momen sehari-hari kita dalam bentuk yang kuat maupun lemah." Hal ini dijustifikasi dalam tulisannya di website:  " My key message in the book is that meaningfulness is not something grand and given to you from above. It is something happening within your life, and typically what makes your life meaningful are very mundane things like spending ti

Dwi Hartanto - Antara Mythomania dan Kenaifan Kita Memandang Dunia Akademik

Di media belakangan ini, nama Dwi Hartanto tiba-tiba mencuat. Orang yang dijuluki “ The Next Habibie ” dan pernah memberi pernyataan di acara Mata Najwa tersebut, akhirnya mengakui bahwa berbagai prestasi yang ia umbar selama ini, ternyata bohong belaka. Segala tetek bengek tentang lulusan Tokyo Institute of Technology, posisi asisten profesor, ikut merancang Satellite Launch Vehicle, satu-satunya orang non-Eropa yang masuk ke ring satu Badan Antariksa Eropa (ESA), hingga memenangkan lomba riset teknologi di Jerman, akhirnya diakuinya sendiri sebagai hoax . Kebohongan terakhirnya, yang paling menggemparkan, akhirnya ia tepis sendiri juga: Bahwa bukan Habibie yang memintanya bertemu dia, melainkan dia sendiri yang minta pihak KBRI Den Haag untuk dipertemukan dengan Habibie. Jadi, lengkap sudah pengakuan Dwi Hartanto. Banyak pihak yang sudah dibuat percaya hingga mungkin menaruh harapan tentang masa depan Indonesia di tangan anak muda ini. Lantas, fenomena apa ini? Bagaimana kita harus m