Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2011

Tentang Kaum Intelektual dalam Pandangan Gramsci

  (Artikel diturunkan dari Bandung Bergerak) Nama Antonio Gramsci bukanlah nama yang terlalu asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Pandangannya tentang hegemoni kultural banyak digunakan untuk membaca beraneka pengaruh budaya yang ditanamkan oleh kelas yang lebih berkuasa ( ruling class ) sehingga diterima seolah-olah sebagai norma umum atau bahkan sesuatu yang “kodrati”.  Gramsci menulis sekitar tiga ribu halaman dalam kumpulan esai yang dijuduli Quaderni del carcere atau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Prison Notebooks . Gramsci memang menulis dari balik jeruji penjara. Sejak bulan November 1926 hingga meninggalnya tahun 1937, Gramsci berstatus sebagai tahanan politik akibat dikenal keras mengritik rezim fasisme Musollini. Gramsci, yang lahir tahun 1891 di Sardinia, Itali, meninggal dalam usia 46 tahun di Roma akibat kesehatannya yang terus merosot sejak ditahan.  Dalam The Prison Notebooks tersebut, ada sejumlah problem yang dituliskan oleh Gramsci, salah sat

Muara Filsafat

Hari Minggu adalah jadwal saya mengajar di sebuah pesantren di kawasan Cijawura. Apa yang saya ajarkan sesungguhnya bertajuk awal "Gitar Klasik". Namun melihat animo yang cukup besar (ini adalah semacam kelas ekstrakurikuler yang siswa boleh memilih secara sukarela), saya memutuskan untuk mengganti tajuknya menjadi kelas "Musik" saja. Masalahnya, dua puluh orang anak jika diajari gitar klasik secara detail akan cukup repot. Belum pertimbangan bahwa banyak diantaranya tidak mempunyai gitar, dan juga kemampuan dasarnya tidak sama. Atas dasar siswa yang cukup banyak itu, akhirnya saya bagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing lima orang. Masing-masing kelompok diharuskan berkreasi sendiri, menampilkan suatu lagu bebas dalam format akustik. Tentu saja atas nama keadilan, pria wanita bercampur baur di sana. Singkat cerita, akhirnya saya menyuruh masing-masing kelompok untuk maju ke depan, menampilkan kreasinya. Namun ekspektasi saya terhenti karena sekelompok pe

My Immortal Beloved

                                                           Hujan Alpukat Dosa Progo Indra Terlambat Kuning                              Nat King Cole                                             Skripsi Biru                              Kucing                                                                  Venche                              BBM                                                                    Ennis del Mar                              Heteronormativitas                                                   Gay                              Jack Twist                                                              Ten to Ten                              Carbonara                                                            Alfamart                              My Baby Just Cares for Me                      Oele Pattiselano                              Paskal Hypersquare                     Mie Kocok                              Sup bawang                          Kange

Tuhan Telah Mati, Kita Semua yang Membunuhnya

  Tuhan telah mati, dalam doa bersama menjelang UN Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Baik Menjadi baik untuk kelompok tertentu atas tujuan yang sempit Tuhan telah mati, dalam ormas yang menghancurkan diskotik Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Memerintah Titahnya telah dikudeta oleh gerombolan manusia Tuhan telah mati, oleh pedang prajurit Perang Salib Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Esa Karena masing-masing kubu merasa punya Satu untuk dibela Tuhan telah mati, oleh suasana Ramadhan di sekeliling kita Dibinasakanlah sifat ia yang Maha Luas Menjadi sekedar acara televisi dan korden yang menutup jendela rumah makan Tuhan telah mati, oleh pisau bernama BA-HA-SA Ia tidak lagi meliputi seluruh keadaan Tapi disempitkan oleh nama dan sesosok persona nun jauh di sana O, Tuhan telah mati, kita semua yang membunuhnya!