Skip to main content

Seperti Hewan, Seperti Mesin

Ilustrasi dihasilkan oleh AI Ada macam-macam pengandaian untuk manusia tertentu yang dianggap tak-lagi-seperti-manusia. Dalam sebuah pertarungan UFC (contoh ini dipilih karena saya sering menontonnya di Youtube), misalnya, seorang petarung yang begitu ganas dalam melancarkan pukulan dan bantingan bisa diibaratkan oleh komentator "seperti hewan". Mungkin karena petarung tersebut begitu "kehilangan akal", memanfaatkan hanya nalurinya untuk menerkam, memanfaatkan seluruh tubuhnya untuk menghabisi mangsa.  Ada juga perandaian lain yang non-manusia, yaitu mesin. Menyebut manusia sebagai mesin sama-sama memperlihatkan "kehilangan akal", tetapi lebih menunjuk pada suatu gerakan otomat, kadang repetitif, yang kelihatannya bisa dilakukan berulang-ulang tanpa mengenal rasa lelah. Mungkin bisa dibayangkan pada Cristiano Ronaldo muda yang larinya begitu kencang atau petinju yang bisa menghujamkan pukulan terus menerus seolah-olah dia diprogram demikian.  Tubuh adalah ...

Puisi Penjudi


 
Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang
Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram
Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi
Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran

Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian?
Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi?
Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi?
Buah khuldi: jauhi atau makan
Ia putuskan yang nomor dua
Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini
Keturunan seorang penjudi

Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi
Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu
Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu
Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka
Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola
Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah"

Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati
Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam
Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya
Ia pernah naik motor Tiger
Pernah merasakan gelegak kehidupan yang hakiki
Meski setitik, tapi barangkali itulah yang berarti
Ia pernah menyaksikan bola bergulir dari kiri ke kanan sambil meriang
Capek hati menanti skor berapa-berapa, sebelum peluit akhir meletupkan sampanye hidupnya

Baginya itulah kekayaan sejati
Menanti sang nasib berpaling kemana dalam hitungan detik
Baginya yang pasti hanya mati
Sisanya cuma mengundi

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dal...

Honest Review

Istilah " honest review " atau "ulasan jujur/ apa adanya" adalah demikian adanya: ulasan dari seseorang (hampir pasti netizen dalam konteks ini) tentang suatu produk entah itu kuliner, buku/ tulisan, film, dan lain-lain, yang disampaikan secara "jujur". Hal yang umumnya terjadi, "jujur" ini lebih condong pada "kalau jelek bilang jelek" atau semacam "kenyataan pahit". Sebagai contoh, jika saya menganggap sebuah rasa sebuah makanan di restoran A itu buruk, saya akan mengklaim diri saya telah melakukan " honest review " jika kemudian dalam membuat ulasan, benar-benar mengatakan bahwa makanan tersebut rasanya buruk. Mengatakan bahwa sebuah makanan itu enak dan memang benar-benar enak, memang juga semacam " honest review ", tapi biasanya bisa dicurigai sebagai bentuk dukungan, promosi, atau endorsement . Jadi, saat seorang pengulas berani mengatakan bahwa makanan ini "tidak enak", fenomena semacam itu ...