(Ini adalah teks Filtum [Filsafat Tujuh Menit] yang dibacakan pada live IG Kelas Isolasi, 12 Maret 2024) Ya, kita tahu siapa yang pasti menang pada pilpres tahun ini. Orang yang dalam kampanyenya mengandalkan suatu gerakan tari yang dilabeli sebagai joged gemoy. Meskipun cerita tentang ini sudah beredar luas, saya harus ulas sedikit tentang darimana asal usul joged gemoy ini berdasarkan pengakuan Prabowo sendiri dalam podcast Deddy Corbuzier. Menurut Prabowo, gaya joged tersebut terinspirasi dari joged spontan yang dilakukan kakeknya, Pak Margono. Usut punya usut, ternyata gaya tersebut masih ada kaitannya dengan kisah pewayangan, "Kakek saya orang Jawa dari Banyumas, zaman itu belum ada televisi, jadi hiburannya wayang," kata Prabowo mulai bercerita. Dalam sebuah cerita wayang (yang diperagakan wayang orang itu), sang kakek merasa senang dengan sosok tokoh Pandawa dan Kurawa di mana gerakannya seperti orang yang sedang melakukan pencak silat. "Pandawa dan Kurawa, p
Sekitar tiga minggu yang lalu, saya dihibahi kucing oleh kawan di tempat kerja. Kucing tersebut, yang merupakan campuran Persia dan entah apa (saya tidak ingat namanya), oleh saya diberi nama Simone de Beauvoir dan sudah disetujui oleh istri dan anak (serta sang pemilik sebelumnya). Mon -demikian panggilannya- tampak stres ketika untuk pertama kalinya berada di mobil menuju rumah saya. Wajar, ia berpindah tuan. Segala sesuatunya menjadi hal yang kembali baru untuk Mon. Sesampainya di rumah, saya lupa. Saya kira ia kucing yang tenang dan santai. Tahu-tahu, karena stres, ia lari terbirit-birit dan kabur entah kemana. Untungnya, malamnya, ia tiba-tiba kembali dengan badan penuh air got. Ternyata Mon tahu jalan pulang, meski baru pertama kali dia berpindah kediaman.
Singkat cerita: Kami sekeluarga memelihara Mon dengan sukacita. Ia memberi warna baru bagi rumah kami. Saya tiba-tiba harus mengunjungi berkali-kali tempat yang tidak pernah saya kenal di sebelum-sebelumnya: Pet Shop. Saya mencari informasi tentang makanan, tempat buang air, kandang, hingga hal-ikhwal perkawinan baik lewat internet maupun lewat teman yang lebih berpengalaman. Anak saya begitu tergila-gila pada Mon. Saking antusiasnya, ia sering berteriak sehingga Mon lari terbirit-birit. Awalnya saya begitu menderita jika tiba waktunya membuang hasil hajat Mon. Tapi lama-lama saya merasa itu sebagai sebuah kewajiban yang membahagiakan.
Lalu di suatu hari, Mon kabur. Ceritanya sederhana: Ia kaget oleh teriakan anak saya, dan kebetulan celah yang biasanya tidak terbuka, sedang terbuka. Sehingga Mon kabur begitu saja, lenyap tanpa rimba. Lonceng yang sudah kami pasang ternyata tidak terdengar sedikitpun bebunyiannya. Saya mencari kesana kemari. Malam-malam pun saya tetap menyusuri komplek dengan senter. Foto Mon saya bagikan di grup komplek. Semalaman itu saya tidak bisa tidur. Pun anak saya menangis tersedu-sedu karena kehilangan yang mengejutkan ini.
Saya merasakan kehampaan yang sangat. Bukan oleh kelucuan si kucing ternyata. Tapi oleh sebab bahwa saya kehilangan suatu rutinitas: merawat. Saya begitu rindu memberinya makan, membuang kotorannya, dan melepaskannya dari kandang ketika semua celah sudah (dirasa) tertutup. Saya juga rindu pergi ke Pet Shop dan bertanya pada penjaga tentang apa saja terkait kucing sampai dia bosan. Agaknya sudah menjadi fitrah manusia bahwa kita harus merawat sesuatu. Seperti kata Anton Chekhov yang dituturkan ulang oleh Pak Awal Uzhara, "Hidup manusia itu sia-sia kecuali jika ia melakukan satu dari tiga hal ini: Merawat pohon kayu, mengurus rumah, atau membesarkan anak." Tentu Chekhov tidak harfiah. Ia ingin memberikan satu inti: Bahwa manusia pada dasarnya senang bersusah-susah untuk sesuatu yang ia percaya akan tumbuh dan berkembang. Manusia senang melihat pertumbuhan. Manusia senang melihat proses. Padahal ia tahu bahwa di ujung perkembangan, akan ada akhir yang buruk: Entah perpisahan, entah kematian. Itu sebabnya, kita perlu bingung jika surga itu katanya apa-apa tinggal minta: Akankah manusia bahagia di dalamnya?
Epilog: Mon akhirnya pulang di malam berikutnya
Epilog: Mon akhirnya pulang di malam berikutnya
Comments
Post a Comment