1. Tentang latar belakang penulisan autobiografi
Sedari awal telah kukatakan kepada segenap Tim Pengacara Muslim (TPM) bahwa tidaklah layak aku menulis autobiografi, karena memang tidak layak. Orang-orang yang ditakdirkan telah ditinggikan dan diharumkan namanya oleh Allah semisal Syaikh Usama bin Ladin, atau Syaikh Maulawi Mullah Umar, dan tokoh-tokoh mujahidin lainnya -hafizhahumullah- itulah yang patut ditulis dan dikenang biografi mereka.
2. Tentang ayat Al-Qur'an dan hadits yang dikutip oleh Imam Samudera sebagai dasar pemikirannya
Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Dan jadilah Din (agama) ini semuanya milik Allah. (Al Anfal: 39) [hal 94]
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah, Islam), (yaitu orang-orang) yang diberi kitab kepada mereka sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sehingga mereka dalam keadaan kecil (tunduk). (At-Taubah: 29) [hal 95]
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Baqarah: 190) [hal 98]
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, "Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kehidupan di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanya sedikit. (At-Taubah: 38) [hal 99]
Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dengan kehidupan di akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan, maka kelak akan kami berikan kepadanya pahala yang besar. (An Nisa: 74) [hal 100]
Perangilah mereka (orang-orang kafir itu), kelak Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tangan-tangan kamu... (At-Taubah: 14) [hal 103]
... Bersikap lemah lembut terhadap sesama mukmin, keras terhadap kaum kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela... (Al-Ma'idah: 54) [hal 104]
...dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (At-Taubah: 36) [hal 109]
Barangsiapa melampaui batas terhadap kami, maka balaslah serangan mereka seimbang dengan yang mereka lakukan terhadap kamu... (Al-Baqarah: 194) [hal 116]
Telah diwajibkan berperang kepadamu, padahal perang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216) [hal 118]
Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka. (Al-Baqarah: 191) [hal 120]
Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafik. (At-Taubah: 73) [hal 131]
Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah, dan supaya dien (agama) itu semata-mata dien (agama) Allah saja (yang unggul). (Al Anfal: 39) [Hal 133]
Ketahulah, bahwa Jannah (surga) berada di bawah bayang-bayang pedang. (HR. Bukhari-Muslim) [hal 132]
3. Tentang argumen Imam Samudera itu sendiri
Dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi saw. memang tidak terdapat kata-kata bom sebagaimana tidak pula terdapat kata-kata pesawat terbang atau visa atau paspor. Tetapi, itu tidak berarti mereka yang melaksanakan ibadah haji dengan memanfaatkan pesawat terbang untuk transpor adalah tidak boleh. Pesawat terbang adalah persoalan teknis, sekadar alat untuk menyampaikan kita ke tempat tujuan, contohnya Makkah Al-Mukarramah. Begitu halnya dengan bom, hanyalah sebagai salah satu alat atau bahan untuk berperang.
Karenanya, Jihad Bom Bali adalah salah satu bentuk ukhuwah Islamiyah. Sebagai pengejawantahan; satu jasad, laksana bangunan, pahit getir, derita sengsara. Apa yang dialami umat Islam di bumi Palestina, Afghanistan, Kashmir, Irak, dan lainnya, cukup menyentuh dan menggentarkan nurani seluruh kaum muslimin. Sinyal-sinyal kesakitan itu menjalar pula dalam diri kaum mukminin di belahan bumi manapun, dari bangsa manapun, dan bangsa apapun. Selama dia mukmin, selama itulah ia akan turut merasakan sakit atas derita saudara seakidahnya. Mereka yang pernah mengecap Ibtidaiyah (setingkat SD), pasti tidak akan lupa ayat ini, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara" (Al-Hujurat: 10) [hal 161]
Di sisi lain, seandainya saat ini tidak ada seorang pun orang Islam yang dibantai oleh bangsa-bangsa penjajah, Yahudi dan Nasrani, di bawah pimpinan Amerika dan Israel, maka kewajiban jihad akan tetap berlangsung. Hal itu dilakukan oleh Rasulullah saw., para sahabat r.a. serta tabi'in dan generasi sesudah mereka. Di mana, Khilafah Islamiyah waktu itu mengadakan ekspansi jihad terhadap negara-negara kafir dan musyrik. Tujuannya, seperti disebutkan dalam marhalah jihad ke-empat; agar tidak ada lagi kesyirikan, agar hanya dienullah saja yang menang dan berkuasa atas dunia ini, karena Islam adalah rahmatan lil-alamin. (hal 162)
Dalam prinsip perang, aspek morality menempati urutan nomor satu di antara parameter-parameter lain. Jika sebuah operasi bom syahid bertujuan untuk merobek-robek moral tempur musuh, dan pada saat yang sama dapat mengatrol semangat jihad kaum muslimin, maka operasi seperti itu sangat dianjurkan. (hal 182)
Sebab yang kulakukan memang bukan kejahatan, artinya "di luar kejahatan". Apa yang Aku dan kawan-kawan lakukan adalah kebaikan yang sesungguhnya dan didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah. Dan itu semua disebut Jihad Fi Sabillillah.
Sedikit catatan
Mestilah beli bukunya untuk tahu lebih dalam. Yang di atas hanya segelintir saja, dan bikin lelah juga untuk mengutip lebih banyak. Tapi sebenarnya, argumentasi Imam tak sederhana, dan paparannya tergolong luar biasa. Berdasarkan tulisannya, dia seorang yang cerdas dan terdidik dalam pandangan saya. Adapun Imam punya selera humor yang lumayan. Dalam beberapa tulisannya, saya sering tertawa geli, termasuk dalam baris terakhir argumentasi Imam di atas, bahwa ia sering memasukkan kata-kata dalam bahasa Inggris yang kadang membuat saya lupa dia adalah seorang peledak. Singkat saja, tidakkah Imam, dalam menerjemahkan beberapa ayat tersebut, menggunakan metode penafsiran yang mirip dengan semua orang kala menafsirkan apapun? Dan selalu, penafsiran adalah urusan latar belakang seseorang dan kontekstualitas lingkungan kala itu. Tidak ada kebenaran, yang ada penafsiran tentang kebenaran. Saya pikir, pada titik ini, jika membaca latar belakang Imam, maka tak heran jika ia menerjemahkan ayat-ayat di atas sebagai legalisasi kekerasan. Namun jika saya mesti mengambil sikap, maka kekecewaan saya terhadap Imam adalah bagaimana ia selalu meng-esa-kan Tuhannya. Ketika Tuhan dianggap esa, maka artinya satu, dan ini adalah sumber narsisme yang mendasar. Dampak ekstrimnya, Tuhan yang lain mesti dibasmi. Saya sebenarnya setuju pada kata-kata Goenawan Mohamad, "Tidak bisa mengatakan Tuhan esa, karena jika demikian, maka Dia bisa dihitung". Maka, lanjut kata Mas Goenawan lagi, dalam konsep Buddha, Tuhan itu dianggap nol, nothing. Di kaum sufi pun, Tuhan tak terbahasakan, tak bernama, masih kata Mas Goenawan. Jadi, Mas, semua ini urusan penamaan dan matematika, sepertinya begitu ya?
Sumber: Samudra, Imam. Aku Melawan Teroris. Jazera: 2004.
Apa yang akan berubah seandainya Imam menganggap Tuhan tidak terbahasakan? Seberapa jauh ini berpengaruh terhadap penafsirannya terhadap kitab suci?
ReplyDeleteTerus bagaimana sikap yang semestinya diambil seorang muslim apabila berhadapan dengan ayat-ayat yang membenarkan kekerasan yang dikutip Imam Samudra? Sepintas mungkin para muslim harus mengambil sikap untuk bersikap kritis terhadap ayat tersebut, atau malah sekalian mengabaikannya. But if you pick and choose which tenets of a religion apply to you, is it still a religion?
Saya ingat teman saya menganalogikan ajaran agama/kitab suci sebagai meja yang penuh makanan, di mana ada makanan yang kita suka dan ada juga yang tidak kita suka. Dalam kondisi ini bisa saja kita selalu hanya menyantap makanan yang kita suka, tapi dengan begini kita tidak akan pernah tahu manfaat dari makanan yang tidak kita suka.
Saya pikir cukup signifikan kalau dia tidak membahasakan Tuhan-nya. Karena, seperti kata Sausurre, "memberi nama" berarti "membedakan". Kita memberi nama kucing, sekaligus membuatnya berbeda dari anjing atau burung. Ketika Imam membahasakan Allah, maka sekaligus ia menegaskan perbedaan dengan selain Allah. Hanya sayangnya, ia menyikapi dengan radikal perbedaan tersebut.
ReplyDeleteSikap yang diambil? Saya kira dengan terus berpikir sebelum bertindak, apakah dengan kekerasan yang saya ambil, justru akan mencoreng nama Islam atau malah mengharumkannya?
Saya kira ini persoalan akut agama, ada benturan antara pragmatisme dan idealisme. Kitab suci tentu saja memuat ayat-ayat yang berguna, tapi di sisi lain, ya kita mesti mengimani seluruh isi kitab suci, termasuk yang "tak berguna"-nya. Demikian maksudmu, Bung?
Ayat-ayat yang diterangkan (alm)Imam S diatas baru "Terjemahan" Bahasa Indonesia-nya saja, kalau kata temen saya yang rada santri mah.. untuk sedikit memahami ayat Al-Qur'an minimal kita harus tahu "Asbabun Nuzul"(sebab-sebab ayat itu diturunkan Tuhan)atau istilah modern-nya mah "Genesis", jadi yang disayangkan ialah apabila ayat2 Al-Qur'an cuma jadi senjata manusia untuk argumentasi (pembenaran) dirinya pribadi, yang lebih parah jadi bahan media komersil KETIK REG QUR'AN KIRIM KE..mana aja deh, mengenai "berguna" atau "tidak berguna" saya pikir tidak terlalu penting, sampah sama Taik ciptaan Tuhan aja berguna....
ReplyDeleteBetul mas, tapi saya rasa, seluruh isi agama itu, ujung-ujungnya mestilah jadi pembenaran bagi perilaku diri. Maksudnya, si agama mesti punya fungsi pragmatis. Begitupun tuhan, kita pasti melakukan figurasi terhadap tuhan yang cocok sama kita dan mendukung apa-apa yang kita lakukan.
ReplyDeletetugas manusa mah sa eutik, tong nyieun karuksakan di bumi, anu ku gusti geus meunang ngalus2. Jika belum mampuh ber buat baik, jangan lah berbuat kekacoan. He..he..he.. Ceuk jurig eta oge. Punten lur
ReplyDelete