Skip to main content

Kronologi dan Duduk Perkara Kasus SM

Pada tulisan ini, saya Syarif Maulana, akan menjabarkan kronologi selengkap-lengkapnya tentang segala proses berkaitan dengan kasus dugaan kekerasan seksual yang dituduhkan pada saya tanggal 9 Mei 2024 di media sosial X. Tuduhan tersebut menjadi viral dan menyebabkan saya dipecat dari berbagai institusi, tulisan-tulisan diturunkan dari berbagai media, buku-buku dicabut dari penerbitan, dan dikucilkan dari berbagai komunitas filsafat, termasuk komunitas yang saya bangun sendiri, Kelas Isolasi.  Penulisan kronologi ini dilakukan dalam rangka menjelaskan duduk perkara dan perkembangan kasus ini pada publik berdasarkan catatan dan dokumentasi yang saya kumpulkan.  Tuduhan kekerasan seksual (selanjutnya akan disingkat KS) kepada saya dimulai pada tanggal 9 Mei 2024, dipicu oleh cuitan dari akun @flutuarsujet yang menuliskan “... katanya dia pelaku KS waktu di Tel**m, korbannya ada lima orang …”. Kata “Tel**m” tersebut kemungkinan besar mengacu pada Telkom University, tempat saya bekerja seb

Surga di Telapak Kaki Kapitalisme

Konon, surga itu ada di atas sana. Tempat dimana semua-muanya ada. Semua yang menyenangkan dan membahagiakan tubuh dan jiwa, tinggal minta langsung tersedia.
Jujur, takut masuk neraka itu pasti, tapi saya juga takut masuk surga. Terbayang jika memang ia kekal, berarti betapa tidak menariknya berada di surga: ketika apa-apa hadir dengan sendirinya tanpa perlu berusaha. Tidakkah terkadang hidup menjadi menarik, karena adanya istilah "mengejar bahagia"? Artinya, bahagia adalah manifestasi dari sebuah usaha. Tanpa usaha, bahagia tak pernah ada dengan sendirinya. Karena jangan-jangan, kebahagiaan adalah usaha itu sendiri. Sekian berfilosofinya, karena saya sesekali ingin berbagi pengalaman kongkrit juga.

Alkisah, setiap Jumat malam, saya bekerja di hotel Hilton Bandung. Pekerjaan saya adalah menghibur para tamu lewat musik dan senyum. Hilton, barangkali hotel yang cukup dikenal, reputasinya internasional. Setidaknya orang mengenalnya lewat sosialita Paris Hilton yang rajin bikin heboh lewat reality-show serta sex tape-nya. Untungnya bukan Paris lah penyebab Hilton berdiri. Hotel itu awalnya bikinan Conrad Hilton di tahun 1919 (Conrad itu entah kakek atau buyutnya Paris). Sejak itu, bisnisnya berkembang pesat, buka cabang dimana-mana, dan menjadi salah satu hotel terdepan di dunia. Jika mau dikaitkan dengan budaya pop, hotel Hilton di Amsterdam pernah ditiduri oleh John Lennon dan Yoko Ono, ketika mereka sedang melancarkan protes bernama Bed in-for Peace selama seminggu (25 Maret-31 Maret 1969). Protes yang dilancarkan terhadap Perang Vietnam itu, menunjukkan aksi tidur bersama John dan Yoko tanpa bercinta, dan melahirkan slogan terkenal: "Make Love not War".
Bohong jika saya tidak bangga dan bahagia ketika direkrut menjadi bagian dari Hilton. Hanya jika saya seorang Marxis dan terorislah barangkali yang bisa membuat saya benci perekrutan ini. Reputasi global, upah layak, perlakuan istimewa, dan satu lagi, saat jeda diantara performa, saya disuruh beristirahat untuk merasakan seserpih surga di dunia. Jika surga bercerita soal makanan yang tiada habisnya, yang dengan leha-leha boleh kita minta yang manapun juga tanpa berusaha, maka tak berlebihan memang inilah serpihannya, di resto (hampir seperti aula sebenarnya saking besarnya) bernama Purnawarman itu. Benar-benar beragam makanannya, dan saya boleh ambil manapun yang saya suka. Setelah diambil, tak lupa si pelayan memberikan senyumnya, membukakan serbet, menuangkan air, dan menawarkan menu-menu lainnya.

Itu tempat saya makan di jam istirahat. Tempat saya tampil, adalah restoran bernama Fresco, di lantai enam. Tempatnya romantis dan remang-remang, temanya Italia. Di pinggir restonya, terdapat kolam renang tak beratap, sehingga airnya memantulkan cahaya bintang dan bulan. Suasana tempatnya hangat dan damai. Cukup apresiatif untuk diterpa bebunyian gitar klasik. Meja-mejanya juga dipenuhi lilin, sehingga wajah para tamu berkedut-kedut oleh cahaya yang mungil. Latar belakang yang serba temaram itu dilengkapi oleh suara-suara ramah berbunyi: Malam Pak, Malam Bu, yang intinya menyambut para tamu. Amboi, mendadak ada gadis lewat, pakai bikini. Tak perlu ditanya, kami toh sudah tahu, ia mau berenang. Berkecipak-kecipak dalam dinginnya kolam kala malam.

Saya bukan anti-Marx. Saya mengagumi pemikirannya, dan saya tahu ia punya surga versinya. Cerita tentang kondisi sama rata sama rasa, dimana para manusia berderajat setara soal kepemilikan, tanpa ada kelas-kelas sosial yang merintangi. Bagus, Marx, dan luar biasa jika itu kelak bisa kejadian. Dengan cerita surganya, ia menyimbahi dunia ini dengan darah, lewat pertarungannya melawan surga para kapitalis, yang mengisyaratkan: surga hanya ada dalam kelas sosial tertentu, mereka yang dibilang para pemilik modal. Hilton jelas masuk dalam kategori kapitalis menurut Marxian. Ia memiliki modal, alat produksi, dan mempekerjakan buruh, yang salah satunya adalah saya. Maka menurut Marx, seyogianya saya mesti bersatu dengan buruh-buruh sedunia untuk lalu menggalang revolusi proletariat dan menggulingkan tampuk kekuasaan borjuis sehingga akhirnya modal dimiliki bersama.

Tapi tolong Marx, itu keren, tapi tidak sekarang, izinkan saya menahan keinginan itu, karena di hadapanku ini, terhidang waffle dan crepes yang dilumuri saus maple, mangga dan vanila, dan didampingi eskrim rum raisin. Saya tidak tahu apakah di jamanmu para buruh disuguhi hal semacam ini? izinkan saya rehat sejenak, mencicipi surga musuhmu, untuk kemudian kelak ikut denganmu, menjadikannya surgamu. Sebelumnya, saya turut menyesal pada para teroris, karena sungguh saya tak yakin surga kalian lebih indah dari yang saya punya. Di mejaku ini, ada surga, yang meski tak menyediakan semuanya, tapi diperoleh dari kerja keras, usaha, dan tak perlu melenyapkan nyawa.







Comments

  1. sepertinya surga di akhirat itu membosankan y :) kita bebas memakan dan meminum hidangan terlezat disana tapi kita tidak dikarunia nafsu...bercinta sepuasnya dengan bidadari bidadari swarga tapi kita tidak merasa birahi..
    what a wonderful world :)

    ReplyDelete
  2. Sepertinya bener, membosankan.. kalo ga masuk surga dan neraka, jadi masuk apa dong yah kita sebaiknya?

    ReplyDelete
  3. Keren, nih ... ngajak mikir lebih jauh. Hidup "Imagine"-nya John Lennon !

    ReplyDelete
  4. Hidup "Imagine"-nya Opik: Imagine tidak ada Tombo Ati..

    ReplyDelete
  5. kenapa ya surga itu isinya makanan, minuman, dan bidadari pemuas birahi.
    kenapa ga berisi buku2, lukisan, alat musik dsb?

    ReplyDelete
  6. @G4reela: Iya yah hehe selalu berkaitan dengan pemuas kebutuhan tubuh, bukan kebutuhan hati dan jiwa. Emang sih yang aneh dari orang yang meminta surga dan segala tetek bengek di dalamnya, sepertinya adalah orang yang kesulitan memenuhi hasrat tubuhnya di dunia. Saya paling geli sebenarnya dengan pernyataan-pernyataan Imam Samudera dkk pasca divonis mati, katanya: "Tidak apa-apa kami mati, kami tak sabar untuk bercinta dengan bidadari di surga". Hehehe.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kelas Logika: Kerancuan Berpikir (Informal)

 Dalam keseharian kita, sering didapati sejumlah pernyataan yang seolah-olah benar, padahal rancu dan sesat. Kerancuan dan kesesatan tersebut disebabkan oleh macam-macam faktor, misalnya: penarikan kesimpulan yang terburu-buru, penggunaan kata yang bermakna ganda, penekanan kalimat yang tidak pada tempatnya, pengaruh orang banyak yang menyepakati sebuah pernyataan sebagai benar, dan lain sebagainya.    Dalam ranah ilmu logika, kerancuan dan kesesatan diistilahkan dengan fallacy (jamak: fallacies ). Fallacy ini amat banyak ragamnya, dan di tulisan ini akan disebutkan fallacy yang sifatnya informal. Formal fallacies adalah kerancuan yang dihasilkan dari kesalahan dalam aturan silogisme, penalaran, dan pengambilan keputusan. Sedangkan informal fallacies (atau disebut juga material fallacies ) adalah kerancuan yang dihasilkan dari kekeliruan memahami konsep-konsep yang lebih mendasar seperti terma, definisi, dan pembentukan premis itu sendiri.  1. Kerancuan dalam Berbahasa  1

Puisi Penjudi

  Sejak SD kutahu berjudi itu dilarang Dari Qur'an sudah jelas judi dibilang haram Orang bijak bilang tiada manusia kaya karena judi Rhoma Irama menegaskan judi merusak pikiran Tapi tidakkah Tuhan jua yang menciptakan ketidakpastian? Tidakkah Tuhan jua yang memaksa kita mengundi? Tidakkah Adam turun ke dunia karena ia main judi? Buah khuldi: jauhi atau makan Ia putuskan yang nomor dua Lantas ia turun ke bumi, melahirkan kita-kita ini Keturunan seorang penjudi Lalu jikalau memang iya tak ada yang kaya karena judi Maka tanyakan pada pemilik motor Tiger itu Yang ia menangkan ketika jadi bandar empat tahun lalu Sekarang motornya sirna, rusak hancur dalam suatu petaka Ia kembali naik angkot seperti nasibnya sebelum pesta sepakbola Para tetua bilang, "Lihat, hasil judi, dari tanah akan kembali ke tanah" Tapi si pemuda mesem-mesem dalam hati Ada keyakinan yang ia pendam dalam-dalam Bahwa setidaknya dalam suatu percik hidupnya Ia pernah naik motor Tiger Pernah merasakan gelegak k

Gin

GIN Gingin Gumilang pernah menjadi mahasiswa di kelas waktu saya masih mengajar di Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saya lupa tahun berapa itu, mungkin sekitar tahun 2010 atau 2011. Gin, begitu dipanggilnya, duduk di pojokan, orangnya pendiam, tetapi saya tahu di kepalanya menyimpan banyak pemikiran. Suatu hari, saya mengumumkan di kelas bahwa akan ada konser gitar klasik di IFI Bandung dan tentu saja, saya hanya berbasa-basi saja, tidak berharap kalau mereka, yang umumnya kost di Jatinangor, akan datang ke Bandung hanya untuk menonton gitar klasik. Ternyata ada satu orang yang datang ke IFI, ya Gin itulah. Sejak itu saya terkesan. Rupanya wawasannya juga luas. Saya ingat ia tiba-tiba membicarakan Freud di kelas, di tengah mahasiswa-mahasiswa yang yah, duduk di sana hanya berharap bisa lulus saja, tanpa peduli ilmu apa yang didapat. Saya kemudian terpikir, rasanya tepat kalau Gin diajak bergaul lebih luas, keluar dari "sangkar" yang membuat