Jalan beberapa hari jaga, saya mulai bosan. Rasanya berat sekali menunggui dagangan yang pembelinya terhitung sedikit. Lebih menderita lagi jika melihat barang dagangan sebelah lebih ramai dibeli. Hal yang menjadi hiburan adalah menulis terus menerus, supaya tidak terlihat bengong. Supaya tidak mati gaya. Beberapa hari yang lalu, pas hari awal-awal saya mulai jaga, tiba-tiba saya punya keberanian untuk posting foto di Instagram. Setelah itu mulai merambah ke Facebook, lalu mulai semangat untuk posting sejumlah story di Instagram, mulai dari tentang jalannya kasus sejauh ini sampai kegiatan sehari-hari. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saya mem-posting story tentang tulisan-tulisan yang diturunkan dari berbagai website. Saya menuliskan, "Siapa yang mau tulisan saya? Gratis, akan saya kirimkan via e-mail". Ternyata banyak juga yang menginginkan tulisan-tulisan itu, ada lebih dari 90 orang. Kemudian saya terpikir untuk membuat grup lagi, bersama orang-orang yang bisa di
Bayangkan sebuah orkestra bernama Barcelona. Semua dimulai dari dirigen bernama Xavi. Ia pemimpin rombongan, dan seluruh pemain menunggu aba-abanya. Tongkat konduktor ia angkat tanda bersiap, para pemain bergerak mengangkat instrumennya masing-masing. Biasanya segalanya dimulai dari denting harpa Busquets. Ia membunyikan intro ringan, semata-mata agar suasana menjadi terbiasa. Di bar kedelapan Busquets menaikkan volume. Forte. Tak lama kemudian berbunyi jua instrumen lain. Suasana menjadi ramai, riang, dan memukau. Iniesta membunyikan flute, muncul sesekali bagaikan balutan improvisasi. Suaranya bagai desah angin di pegunungan. Xavi menunjuk Villa, dan ia pun memeragakan permainan brass yang mahir. Meliuk-liuk bagai wanita di klab malam. Jangan sampai membosankan, kawan, kata Xavi sambil meminta Puyol dan Pique mendeciskan cymbal. Alves, giliranmu, mainkan cello. Rambatilah sudut ruangan dengan jangkauan nadamu yang luas dan seksi. Pedro turun kau kemari, buang partitur itu, dan mainkan biola alto untuk membuat penonton geregetan. Geregetan karena sekeras-kerasnya kau bermain, tetap tak akan setajam sayatan sang violinis Messi. Messi sang Medusa yang tatapannya bisa bikin kau membatu.
Dengarkanlah kemeriahan itu, seperti Tchaikovsky dalam Waltz of The Flowers. Mereka menari, mereka gembira, mereka berbunga-bunga.
Akhirilah Overture ini segera, wahai sang komposer, Guardiola. Dada kami sudah gegap gempita menahan kekaguman yang maha. Karya berjudul tiki-taka hanya sempurna dimainkan oleh anak-anak Katalonia. Dari La Masia, untuk dunia.
Dengarkanlah kemeriahan itu, seperti Tchaikovsky dalam Waltz of The Flowers. Mereka menari, mereka gembira, mereka berbunga-bunga.
Akhirilah Overture ini segera, wahai sang komposer, Guardiola. Dada kami sudah gegap gempita menahan kekaguman yang maha. Karya berjudul tiki-taka hanya sempurna dimainkan oleh anak-anak Katalonia. Dari La Masia, untuk dunia.
Comments
Post a Comment